# Oleh : Sri Sudarti (Bacaleg Dapil TTS DPRD NTT dari Partai Demokrat)
TEROPONGNTT, KUPANG — Janji merupakan ungkapan yang memiliki makna kuat dalam sebuah ikatan yang jika diingkari akan berdampak buruk bagi setiap pelaku yang telah melakukan perjanjian.
Nilai sebuah janji adalah menepatinya dengan menunaikan dengan kesungguhan akan ucapan janji saat melakukannya.
Ada janji suci terucap saat ijab kabul dalam pernikahan, ada janji cinta antara pasangan yang sedang dimabuk asmara, dan ada janji para politisi kala sedang berkampanye kepada konstituen guna menarik simpati untuk menduduki posisi jadi Anggota Legislatif jika terpilih.
Nah yang paling menarik dalam topik ini dan akan dikupas tuntas adalah janji manis politisi yang selalu diumbar-umbar saat melakukan kampanye bersama para timses yang bermulut manis lebih manis dari madu hutan.
Janji yang paling umum dan sering didengar dan menjadi topik menarik setiap para politisi melakukan kampanya diantaranya: pendidikan gratis, bantuan kepada orang miskin, program pemberdayaan ekonomi masyarakat, jalan mulus, mengurangi pengangguran dan masih banyak lagi janji-janji yang bersileweran dimulut manisnya politisi dan timsesnya.
Janji pendidikan gratis akan diperjuangkan kepada masyarakat atau konstituen yang memilih dan jika terpilih menjadi anggota DPR atau DPRD.
Anggaran pendidikan sudah disispkan pemerintah dengan 20 % APBN setiap tahun untuk mensukseskan program pemerintah akan kemajuan di bidang pendidikan.
Pengalokasin dan pendistribuasian anggaran sudah jelas, jadi jangan memeberikan janji pada konstituen akan gartisnya pendidikan bagi masyarakat wahai para politisi yang ingin mendapatkan satu kursi empuk yang kadang membuat kalian tidur saat sedang sidang paripurna.
Pendididkan itu tidak gratis karena semua pembiayaan sudah ditanggung oleh pemerintah sehingga beban biaya pendidikan lebih kepada tanggung jawab pemerintah.
Tidak ada pendidikan yang gratis, semakin berkulitas sebuah lembaga pendidikan semakin besar juga biaya pendidikan yang harus dikeluarkan.
Janji untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin ini merupakan program pemerintah sejak zaman presiden Soeharto sudah ada bantaun yang namanya IDT (Inpres Desa Tertinggal) dan hingga saat ini banyak bantuan dari pemerintah dengan berbagai namanya dan paling populer hingga saat ini adalah BLT (Bantuan Langsung Tunai).
Padahal Indonesia saat ini tercatat salah satu negara yang memiliki utang yang cukup fantastis namun masih memberikan bantuan kepada rakyatnya.
Kurang apa pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada rakyatnya dalam hal bantuan.
Jadi tidak perlu dana bantuan sosial dipolitisasi menjadi janji manis untuk mendapatkan kursi kebesaran politisi menjadi anggota DPR atau DPRD, cukuplah melayani masyarakat dengan memperbaiki cara komunikasi dengan membagun kedekatan emosional untuk kepentingan yang lebih realistis.
Yang sering juga terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah para tim sukses mendatangi rumah-rumah memberikan janji pilihlah politisi ini maka akan dipermudah atau dibangtu untuk proses mendapatkan bantuan nantinya.
Wahai para politisi jangan makan uang rakyat dengan cuma-cuma jika kalian dipilih tapi gunakanlah hak bicara kalian untuk mempermudah dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
Janji untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, mengurangi pengangguran dan jalan mulus.
Semua ini sudah terlalu basi didengar dan selalu saja menjadi nyanyian yang paling merdu oleh para politisi dalam melafalkannya dengan baik dan kemudian ditambahkan bumbu penyedap yang memanjakan lidah oleh para timses yang seolah merekalah yang menjadi pelaku dalam perpolitikan.
Yang akan menempati posisi adalah ALEG (anggota legislative) dari PARPOL bukan para timses yang ikutan menjual mimpi dengan janji manisnya.
Semua problem yang ditawarkan oleh para politisi sudah direncanakan oleh pemerintah dengan pagu dana dalam pembangunan jangka pendek, menengah dan juga jangka panjang.
Semua proses ini dijalankan sesuai tugas dan fungsi masing-masing, ada yang dikerjakan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan juga pemerintah kabupaten/kota.
Yang paling menarik ada sebuah baliho BACALEG bertuliskan (PEJUANG EMAK-EMAK), wah……wah….wah, keren banget janji-janjinya.
Sekilas terlihat sangat menarik dan akan membangun rasa simpati terutama dari emak-emak yang melihat dan membaca atau mendengar dari CALEG tersebut atau dari suara yang bersileweran melalui mulut para timses.
Tapi pertanyaannya adalah bagaimana dengan emaknya apakah sudah diperhatikan dengan baik atau tidak? Atau jangan sampai dia adalah CALEG yang masuk dalam barisan suami-suami takut istri?
Jangan terlalu membuat janji yang akan menjadi cambuk bagi perjalanan karier politik yang berjalan tidak lama bahkan sebelum bertarung sudah berakhir. Atau ada juga politisi yang masuk pasar sebentar kemudian memberikan janji kepada para pedagang bahwa pasar ini akan diperbaiki dan para pedagang akan mendapatkan tempat yang layak dalam berdagang.
Jangang sampai politisi menginjakkan kaki di pasar hanya saat ada kepentingan saja namun setelah jadi ALEG pasar hanya sebagai cerita yang tidak akan dikunjungi lagi setelah itu.
Nah, dari semua janji-janji politisi yang manis-manis semanis madu diatas setidaknya ada beberapa solusi untuk para politisi dalam berkampanye.
Buatlah janji politik yang memebrikan edukasi kepada para konstituen akan pentingnya pendidikan dasar 9 tahun dan pendidikan menengah untuk meingkatkan kulaitan pendidikan di Indonesia pada umumnya dan daerah DAPIL pada khususnya serta sisihkan gaji jika terpilih untuk membantu masyarkat kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan di jenjang selanjutnya.
Bangun perpustakaan atau rumah baca di DAPIL dalam mengembangkan literasi baca anak-anak mengurangi buta aksara pada masyarakat.
Hindari memberikan janji pemberian bansos jika terpilih menjadi ALEG tapi berikan bantuan secara realistis kepada masyarakat yang kurang mampu secara berkala dari gaji jika terpilih menjadi ALEG untuk membantu meringankan beban hidup masyarakat.
Ciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat dengan membuat lembaga penegmbangan mutu dan kreativitas untuk memberikan peluang kerja kepada masyarakat.
Bangun rumah kreasi atau tempat kerajinan bagi ibu-ibu untuk kreasi barang lokal yang diminati dengan menghadirkan pendamping yang profesional.
Jangan memebrikan janji tapi buktikan janji itu sebelum menjadi ALEG baik mempunyai jabatan publik sebelumnya atau tidak, dengan sendirinya masyarakat akan menilai dengan baik.
Jaga moralitas diri agar tidak terjebak pada kampanye hitam yang menghancurkan janji manis sebelum bertarung dalam PILEG yang masih CALEG akhirnya berakhir tidak menjadi ALEG kemudian menyalahkan konstituen.
Tetap semangat teman-teman politisi pertarungan itu pasti ada menang dan kalah, yang tidak menang dan tidak kalah adalah para penonton yang tidak menjadi pemain tapi paling banyak komentar. Hehehe…..
(*)
Comment