TEROPONGNTT, KUPANG – Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTT sudah mengirim surat ke kabupaten/kota terkait pelaksanaan lima hari sekolah. Meski demikian, pelaksanaan lima hari sekolah tidak menjadi keharusan. Dasar aturannya adalah Peraturan Pemerintah (PP) no. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter.
Begitulah kata Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTT, Minhajul Ngabidin, S.Pd, M.Si ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/10/2017). Menurut Minhajul, lima hari sekolah memberi keuntungan tersendiri jika dijalankan sekolah.
“Kita sudah bersurat ke kabupaten tetapi belum ada balasan. Mengenai lima hari sekolah itu tidak ada keharusan. Permendikbud nomor 23 kan sudah dibatalkan. Sekarang kan ganti dengan PP no. 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter,” kata Minhajul.
Menurut Minhajul, lima hari sekolah bukan diwajibkan, tapi diberi pilihan. Hanya saja, kalau diterapkan lima hari sekolah, maka harus terakomodir kurikulumnya seperti kalau enam hari kerja. Termasuk didalamnya penguatan pendidikan karakter.
“Penguatan pendidikan karakter, salah satunya berkaitan dengan hari sekolah. Jadi bisa lima hari, bisa enam hari. Kalau lima hari nilai positifnya apa dan potensi untuk penguatan karakter seperti apa. Tapi tidak ada kewajiban. Dari Permendikbud nomor 2 juga kan dua pilihan, tidak diwajibkan,” kata Minhajul.
Di setiap kabupaten, kata Minhajul, ada sekolah-sekolah rujukan yang mendapat pendampingan dari kementerian pendidikan. Salah satu yang dilakukan dalam pendampingan adalah sekolah rujukan didorong untuk melaksanakan lima hari sekolah.
“Kalau di Kota Kupang itu, yang menjadi sekolah rujukan adalah SMKN 1 Kupang, SMKN 3 Kupang, SMAN 3 Kupang. Sekolah-sekolah rujukan ini didorong melaksanakan lima hari sekolah agar bisa menjadi contoh bagi sekolah lain,” kata Minhajul.
Menurut Minhajul, ada beberapa keunggulan bila melaksanakan lima hari sekolah. Misalnya, kegiatan pengembangan diri siswa, kegiatan ekstrakurikuler, baik di dalam maupun di luar, semuanya dalam pantauan sekolah.
Keunggulan yang kedua, kata Minhajul, jam belajar siswa menjadi bertambah, dan itu tidak sepenuhnya siswa belajar terus. Dalam lima hari sekolah itu, siswa belajar secara akademik, siswa juga bisa berkegiatan untuk pengembangan diri.
“Ketiga, bagaimana interaksi keseluruhan anggota keluarga itu dapat terjadi secara berkualitas. Dan itu, diharapkan terjadi pada hari sabtu dan minggu. Keluarga bisa berkumpul, mereka juga bisa buat kegiatan-kegiatan yang produktif di hari sabtu dan minggu. Kegiatan yang semi produktif, kewirausahaan atau yang lain,” kata Minhajul.
Bagi keluarga yang orangtuanya bekerja full hingga hari minggu pun, kata Minhajul, bisa berkumpul dengan keluarga yang lain. Paling tidak ada space, dan bisa dijadwalkan pada hari sabtu.
“Untuk semuanya cocok, untuk siswa yang orang PNS/ASN atau swasta. Tidak persis setiap hari sabtu, bisa dengan keluarga yang lain. Paling tidak ada space, bisa dijadwalkan pada hari sabtu,” kata Minhajul.
Untuk pengembangan karakter, kata Minhajul, tetap sesuaikan dengan situasi dan kodisi, seperti kalau sekolah minggu, madrasa sore. Tidak semua kegiatan harus dilaksanakan di sekolah juga. Bisa juga di luar sekolah.
“Sebenarnya untuk lima hari sekolah, tergantung masalah kesiapan sarana sekolah. Yang kedua menyangkut situasi dan kondisi. Misalnya, makan siang siswa bagaimana, transportasi siswa dari rumah ke sekolah bagaimana. Kalau yang tidak ada kendala, tidak perlu dibimping khusus. Seharusnya sekolah bisa laksanakan lima hari sekolah,” kata Minhajul.
Dukungan sarana, tambah Minhajul, tentu menyangkut tempat untuk bermain, tempat istirahat, jarak dari rumah ke sekolah, bagaimana siswa makan siang, tempat berdoa. Sarana penting sehingga memberi kenyamanan bagi kegiatan pendidikan di sekolah.
Selain itu, kata Minhajul, lima hari sekolah tidak berarti selalu pulang sekolah pukul 16.00 wita atau jam 4 sore. Yang penting kegiatan akademik yang sebelumnya enam hari, dibuat menjadi hanya lima hari.
“Misalnya anak SD kelas 1- 3 kan jam 11 sudah pulang. Jadi dia tidak harus pulang jam 4 sore. Kalaupun sabtu tidak sekolah dan pelajarannya dipindahkan ke hari senin, selasa, rabu, kamis dan jumat, paling jam 12 mereka sudah pulang,” kata Minhajul.
Hanya saja, menurut Minhajul, ketika anak-anak atau para siswanya pulang, guru tidak boleh pulang dulu. Karena guru harus memenuhi kewajibannya yakni satu minggu 37,5 jam kerja. Satu hari jam kerja guru 7,5 jam, sehingga kalau dikalikan lima hari kerja menjadi 37,5 jam kerja.
Kalaupun anak atau siswa sudah pulang, kata Minhajul, guru tidak boleh pulang dulu. Bisa memeriksa ulangan, menyiapkan bahan pelajaran untuk besok pagi, atau kegiatan lainnya.
“Yang SMP pun, setelah diuji coba, palingan pulang sekolah jam 3 sore (pukul 15.00 wita). Dan tidak harus setiap hari pulang jam begitu juga. Misalnya diatur cuma tiga hari. Karena hari sabtunya biasa jam pelajaran hanya sedikit juga. Palingan jam pelajaran hari sabtu di pindahkan ke hari senin, selasa dan rabu,” kata Minhajul.
Kalau di Kupang, tambah Minhajul, kesulitannya mungkin cuaca panas. Tapi kalau di tempat lain, ruang sekolah ada AC, tentu tidak ada masalah menerapkan lima hari sekolah. “Di SMA Negeri I Waingapu misalnya, mereka tidak masalh. Karena selama ini mereka kebanyakan pulang sekolah jam 3 sore. Jadi tidak masalah kalau lima hari sekolah,” kata Minhajul. (max)
Comment