TEROPONGNTT, SUKABUMI — Rumah Sahabat Ibu dan Anak (RUSAIDA) di Kecamatan Cisaat, Sukabumi, didirikan oleh Yuyu Murliah bukan tanpa alasan. Pernah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangganya dulu, Yuyu mengaku sebagai penyintas KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Alasan tersebut memperkuat tekad perempuan yang pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi selama 14 tahun ini untuk mendirikan rumah perlindungan bagi perempuan dan anak. Upayanya pun tidak sia-sia, kini Rusaida menjadi Rumah Sahabat Perempuan dan Anak pertama di Indonesia.
“Sebagai seorang penyintas KDRT, kami yang paling merasakan beratnya jadi korban. Saya pernah jadi korban kekerasan oleh suami saya yang dulu, dan dilarang menemui anak selama 5 tahun. Saat saya terpuruk, pulang ke Indonesia saya mendapat pelayanan serta dukungan dari P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) di Sukabumi dan Kemen PPPA. Hingga akhirnya, saya dan anak-anak bisa pulih dan bangkit,” cerita Yuyu.
Ini yang membesarkan tekad Yuyu mendirikan RUSAIDA sebagai pusat komunitas untuk ibu dan anak. Rusida menjadi wadah yang bertujuan membangun perempuan dan anak Indonesia agar menjadi lebih baik.
“Kita juga mendirikan RUSAIDA dalam rangka mencapai misi ThreeEnds (program Kemen PPPA, 3 akhiri),” ujar Yuyu Murliah, Inisiator Rumah Sahabat Ibu dan Anak yang juga merupakan anggota organisasi masyarakat di Kabupaten Sukabumi.
Di dalam Rusaida terdapat Women Crisis Center (Rumah Ramah Anak, Rumah Konseling Keluarga, Rumah Yatim) dan Women Creative Center (Pemberdayaan Ekonomi Bagi Perempuan). Kegiatan yang dilakukan seperti penanganan anak-anak TKI, anak yatim, penanganan korban trafficking, rehabilitasi medis, bina keluarga TKI, penanganan Lansia, hingga pemberdayaan perempuan.
Kehadiran RUSAIDA mendapat apresiasi tinggi dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise.
“Saya sangat mengapresiasi kepedulian Ibu YuYu Murliah selaku insiator. Ini Rumah Sahabat Perempuan dan Anak pertama yang ada di Indonesia dan saya resmikan,” kata Menteri PPPA, Yohana Yembise.
Tempat seperti ini, dimana terdapat Women Crisis Center di dalamnya, menurut Yohana Yembise, pernah ia temui di Fiji, dan negara-negara besar lainnya. Kedepan, Rusaida disamping sebagai rumah aman, juga bisa jadi tempat pemberdayaan perempuan, agar perempuan memiliki keterampilan industri rumahan.
“Nantinya akan meningkatkan ekonomi perempuan di Sukabumi sehingga mereka tidak perlu bekerja di luar negeri, jauh dari keluarga dan terhindar dari TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang),” ujar Menteri PPPA, Yohana Yembise.
Sementara Bupati Sukabumi, Marwan Hamami mengatakan, Kabupaten Sukabumi punya masalah mendasar terkait perempuan dan anak. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah kantong TKI di Jawa Barat.
Perempuan Sukabumi banyak memilih bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri. Dampaknya keluarga dan anak terbaikan. Kehadiran Rusaida dianggap sebagai salah satu solusi dan upaya membantu pemerintah pusat dan daerah mengurai masalah-masalah perempuan dan anak tingkat akar rumput.
Di lokasi yang sama, Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dari TPPO, Destri Handayani, dan Asisten Deputi Kesetaraan Gender Bidang Politik Hukum dan Hankam Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Darsono, menggelar sosialisasi TPPO dan Pembekalan bagi calon legislatif (Caleg) Perempuan.
Menteri Yohana yang juga memberikan arahan langsung, merasa pembekalan bagi Caleg perempuan perlu dilakukan. Hal ini menurutnya untuk mendorong kuota 30% perempuan dalam legislatif tahun 2019 nanti dapat terpenuhi di Kab.Sukabumi. Sebab pada hasil Pemilu 2014, jumlah anggota DPRD Kabupaten Sukabumi terpilih 50 anggota tetapi hanya diisi 6 perempuan (12%). (*/siaran pers KemenPPPA)
Comment