Catatan:
Vinsen Belawa Making SKM.,M.Kes (Kepala LP3M UCB – Sekretaris IAKMI NTT)
TEROPONGNTT, KUPANG — Ketika masih berada di Seminari, kami sering terpapar dengan kata-kata seperti; Puela, Ego, Bellum, Bonum dan masih banyak yang lainnya. Dari sekian banyak itu, ada satu kata yang cukup mencolok yaitu Corona. Kata bahasa latin ini memang punya kekuatan sendiri. Sangking indahnya, kata ini sering kami rangkai dalam surat koresponden.
Keindahan kata ini sirna di awal tahun 2020 ketika Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memberikan nama sebuah virus baru dengan corona atau corona virus. Virus ini masih satu famili dengan MERS-CoV (Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus) dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).
Virus ini juga dikenal sebagai flu Wuhan dan pneumonia Wuhan karena ditemukan awalnya di kota Wuhan, China. Umummya, gejala 2019-nCoV meliputi demam, batuk, sesak napas, dan kesulitan bernafas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, dan gagal ginjal.
Telah banyak korban yang berjatuhan dan penyebarannya begitu cepat ke negara-negara lain. Maklum, kemajuan transportasi menjadi penyebabnya. Orang berpindah dengan cepat dari satu negara ke negara yang lain.
“Orang-orang dapat menyebarkan virus sebelum gejalanya muncul, yang akan membuatnya lebih sulit untuk dibendung,” kata Menteri Kesehatan China, mengutip CNN International, Senin (27/1/2020). Virus Corona diperkirakan bisa membunuh 65 juta jiwa dalam 18 bulan ke depan. Saya pikir, ini hanya ada dalam film (Zombi dll) namun fakta di lapangan sedang terjadi saat ini.
Dunia panik, semua Negara membentengi diri dengan berbagai macam cara. Mengapa virus ini muncul di China? Apabila ditularkan oleh hewan (Kelelawar dll), mengapa negara-negara lain yang sama-sama mengkonsumsi hewan tersebut tidak tertular virus? Mengapa semua virus ini mulanya dari China?. Sebut saja Wabah Sars dan Flu Burung (H5N1). Semua masih terus dalam penyelidikan para ilmuwan yang ternama.
Satu hal yang harus kita sadari bahwa Corona belum ada vaksinnya dan saat ini hanya dapat diobati dengan segera. Agar terhindar dari pajanan virus, WHO merekomendasikan untuk mengurangi paparan dengan menjaga kebersihan tangan; tutup hidung dan mulut ketika bersin dan batuk; hindari kotak dengan siapapun yang menunjukkan gejala seperti demam dan sesak napas; hindari kontak lanngsung dengan hewan hidup dan tidak bersentuhan dengan hewan, serta tidak memakan makanan dan daging mentah.
Sebuah pesan WA masuk. “Kka (kakak) sampe hati eee,.. Setelah puluhan tahun baru saya sadar ternyata yang Kka tulis dalam surat itu artinya begini eee… Kka terlalu eee, saya sangat kecewa dan sakit hati..”. Awalnya saya tidak mengerti apa maksudnya ini, namun setelah mengingat dengan keras baru saya sadar, ada satu surat koresponden yang pernah saya tulis begini.. Ade, engkau indah bagaikan “Corona” . Wahh ternyata virus mematikan ini yang membuat Corona berubah makna. Kasihan sekali eee.. hanya karena bentuk virus ini mirip seperti “Mahkota” yang indah maka dinamakan Corona.
(*)
Comment