TEROPONGNTT, KUPANG — Tidak banyak yang tahu ada getar cemas dibalik pakaian putih yang mereka kenakan. Juga, hanya sedikit yang tahu bahwa ada peluh bercampur air mata, ketika melepas Alat Pelindung Diri (APD). Mereka gemetar kelelahan dan ingin segera balik ke rumah, berkumpul bersama orang-orang tersayang.
Namun sumpah profesi mengikat mereka, tanggung jawab harus tuntas dan lebih lagi, ini panggilan kemanusiaan. Prinsip mereka, hidup untuk menyelamatkan orang lain. Berdiri di garda terdepan membuat para dokter, perawat, bidan, petugas radiolog, farmasi, rekam medik serta petugas laboratorium, menjadi orang yang paling cepat tertular.
Lihat, berapa banyak petugas kesehatan yang sudah meninggal akibat tertular penyakit ini. Untuk Indonesia saja, hingga Senin (23/3/2020), telah ada 6 dokter spesialis yang meninggal dan puluhan lainnya dalam perawatan. Belum terhitung para tenaga medis lainnya termasuk para cleaning service.
Itu di kancah internasional dan nasional (Jakarta), yang boleh dikatakan, menggunakan alat pelindung diri (APD) yang terbaik dan peralatan serta ruangan yang berstandar tinggi. Bagaimana dengan kita di Nusa Tenggara Timur (NTT)?. Hingga saat ini, kita masih mengeluhkan minimnya APD dan fasilitas serta tenaga dokter/medis yang terbatas dalam menghadapi badai Covid-19 (serangan Coronavirus).
Apa yang terjadi dengan teman-teman tenaga kesehatan yang ada di puskesmas pembantu (Pustu) dan Puskesmas serta rumah sakit, jika terjadi ledakan kasus?. Bayangkan, jika ada dari kita yang kembali dari luar daerah, lalu mengalami gejala dan pergi ke puskesmas, dilayani dengan standar minimalis. Apa yang terjadi?. Jelas, jika kita positif terinfeksi, maka kemungkinan besar semua yang menangani bisa tertular.
Pada tataran lain, para tenaga kesehatan masyarakat, para epidemiolog, ahli gizi dan sanitarian, terus melakukan upaya promotif dan preventif agar tidak terjadi kasus di Provinsi NTT. Surveilans terus dilakukan dengan meng-update data terbaru terkait ODP, PDP, Suspect dan seterusnya.
Orang baru yang masuk ke wilayah ini pun terus mendapat pengawasan/pemantauan. Memang berat, karena sulit membendung arus migrasi lewat darat, laut maupun udara. Banyaknya jalan tikus dan anggapan pandemi, ini hal lumrah dan menjadi persoalan tersendiri. Benar bahwa kita jangan panik, namun mari tetap waspada!.
“Sekali lagi kami tahu tugas kami penuh risiko yang berujung maut. Kami telah siap!. Namun kepada siapa kami titipan keluarga kami?. Akh.., sudahlah, itu hanya keluhan yang manusiawi. Jika bukan kami yang beridiri di garda terdepan, lantas siapa?. ini profesi kami, ini panggilan kami. Tak mungkin kami lari dan bersembunyi… Kami hanya minta, tetaplah di rumah, jangan stress, makan dan minumlah yang bergizi, dan patuhi semua arahan pemerintah… Itu saja…”
Proficiat Sejawat di Garda Terdepan… Semoga Tuhan selalu melindungimu. Amin…
Penulis : Vinsen Belawa Making, SKM.,M.Kes (Kepala LP3M Universitas Citra Bangsa (UCB) – Sekretaris Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI NTT, – Sekjen Koalisi Organisasi Profesi Kesehatan Tingkat Provinsi NTT)
Comment