TEROPONGNTT, KUPANG — Dalam rangka memperingati hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Propinsi NTT, menyelenggarakan sosialisasi dan kampanye hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak kepada masyarakat maupun tokoh adat di NTT.
Kegiatan sosialisasi dan kampanye hari anti kekerasan terhadap perempuan dan anak berlangsung di Swiss Bellin Hotel Kupang, Jumat (24/11/2017). Kegiatan dihadiri para tokoh – tokoh adat dari kabupaten/kota se-Provinsi NTT.
Permasalahan perempuan dan anak di NTT masih meningkat. Salah satu penyebabnya, karena adat budaya patriarki yang kuat, sehingga membuat perempuan tidak bisa berbuat apa – apa dan hanya bisa mendengar.
Oleh sebab itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, berkolaborasi dengan tokoh adat, tokoh agama dan kalangan media, untuk mensosialisasikan upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak hingga ke tingkat desa bahkan RT/RW.
Alasannya, tokoh adat, tokoh agama dan media, merupakan corong yang bisa menyampaikan dan mensosialisasikan tentang upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak, kepada masyarakat. Sebagaimana diketahui, masyarakat akan mendengar apabila tokoh adat maupun tokoh agama berbicara.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT, Erny Usboko kepada awak media mengatakan, persoalan perdagangan manusia dan kekerasan terhadap perempuan dan anak memang masih tinggi dan cenderung meningkat. Namun hal ini bisa di lihat dari dua segi, yaitu segi positif dimana sudah ada keberanian dari masyarakat untuk melapor, sedangkan dari segi negatif masih belum adanya kesadaran masyarakat untuk melapor agar bisa ditangani secara serius.
“Kami berupaya melakukan berbagai gerakan dan kegiatan sosialisasi di berbagai kesempatan dengan lembaga terkait dan masyarakat serta tokoh adat dan media, agar dapat berperan aktif sehingga bersama – sama melakukan upaya penanganan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak,” kata Erny Usboko.
Lebih lanjut, Erny Usboko mengatakan, terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak karena kurangnya pendidikan sehingga memicu terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Oleh sebab itu perlu adanya sosialisasi dan edukasi serta partisipasi aktif dari masyarakat dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang.
Sehingga, kata Erny Usboko, ada peningkatan kwalitas hidup perempuan, karena terjadinya berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak karena kurangnya pendidikan.pendidikan merupakan salah satu faktor pemicu. oleh sebab itu untuk mencegah dan menanggulangi tindak kekerasan terhadap perempuan perlu di lakukan upaya pemberdayaan perempuan mulai dari bidang pendidikan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan dan juga dapat mencegah terjadinya berbagai tindak kekerasan terhadap perempuan ( sintya)
Comment