TEROPONGNTT, ATAMBUA — Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Cabang Belu menggelar acara pelantikan badan pengurus sekaligus melakukan semiloka dengan tema “Peran Kolaboratif Lintas Profesi Atasi Persoalan Stunting”. Acara ini digelar di Aula Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Belu, Senin, (22/07/2019).
Tampil sebagai pembicara Kepala BP4D/Bapeda Belu, Frans Manafe, Sekretaris Umum IAKMI Pengda NTT, Vinsen Belawa Making, SKM.,M.Kes dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Belu, Theresia M.B Saik, SKM.,M.Kes.
Kepala BP4D Kabupaten Belu, Frans Manafe menekankan pentingnya aspek perencanaan. “Tugas kita adalah membuat perencanaan dan ini berdasarkan asiprasi dari bawah. Khusus persoalan stunting pemerintah sangat komit untuk mengatasinya. Saat ini kita telah merampungkan Perbup Belu tentang stunting dan saat ini sedang berada di kantor dewan menunggu penetapan,” jelas Frans Manafe.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Belu, Theresia M.B Saik, SKM.,M.Kes mengajak semua anggota IAKMI untuk bersinergi mengatasi persoalan stunting. Karena persoalan stunting merupakan persoalan bersama, bukan cuma menjadi perhatian pemerintah atau dinas kesehatan.
“Ini tugas kita bersama dan mari kita sama-sama mengatasinya. Kita orang kesehatan harus merasa berdosa jika kita tidak berperan aktif sebab persoalan ini timbul karena kita juga. Sadar atau tidak, sejak masa kehamilan hingga melahirkan bayi para ibu berada dekat dengan kita. Jadi harusnya kita sudah bisa mengajak atau mendorong ibu agar ia tidak melahirkan bayi dengan BBLR. Kita punya tanggungjawab pada 1000 hari kehidupan ini,” jelas Theresia.
Sekretaris IAKMI NTT, Vinsen Belawa Making, SKM.,M.Kes mengajak semua anggota IAKMI dan pengurus untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dalam menangani stunting bisa lebih baik dan berhasil.
“Kita punya data yang sangat memprihatinkan. Stunting kita paling tinggi secara nasional juga dengan beberapa indicator lainnya kita jauh dari standar nasional. Artinya cara-cara yang kita lakukan selama ini masih keliru atau salah. Mari kita ubah cara kerja kita. Pertama kita harus menyamakan visi dan misi dari pusat hingga daerah. Semua harus satu mimpi yang sama. Kedua perlu kerja kolaboratif antar semua sektor. Lepaskan ego sektoral dan mari lakukan secara bersama-sama. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan secara bersama-sama. Kita dapat memulainya dari tingkat paling bawah yaitu RT kita masing-masing. Buatkan planning desa/kelurahan bebas stunting. Berdayakan masyarakat, jadikan mereka subjek dan bukan objek. Persoalan stunting ada pada persoalan ekonomi atau kemiskinan. Oleh sebab itu mari tingkatkan kesejahteraan masyarakat kita,” jelas Making yang juga Kepala LP3M Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang ini.
Selanjutnya Ketua Terpilih IAKMI Kabupaten Belu, Rosa Gaudensia Asa, SKM mengatakan akan membuat desa model di salah desa dengan stunting tertinggi di Kabupaten Belu. “Kami berkomitmen untuk membuat salah satu desa di Kabupaten Belu menjadi desa model penanganan stunting. Kita akan melakukan kolaborasi secara efektif dan semoga memberikan hasil yang baik,” kata Rosa.
Acara pelantikan IAKMI sendiri dihadiri oleh Sekda Kabupaten Belu, Drs. Petrus Bere. Susunan Badan Pengurus IAKMI Kabupaten Belu yang dilantik adalah Ketua Umum, Rosa Gaudensia Asa SKM, Wakil Ketua; Heny Christina Nahak, SKM, Sekretaris umum; Hilarius Huke SKM, wakil sekretaris; Alexander Mau, SKM dan bendahara; Maria Regolinda Anok S.Kep.
(VM)
Comment