TEROPONGNTT, KUPANG — Bank Pekreditan Rakyat Tanaoba Lais Manekat (Bank TLM) menggelar Ibadat Syukur Hari Ulang Tahun Bank TLM Ke-15 pada, Rabu 1 Februari 2023. Ibadat syukur ulang tahun ini mengusung tema “ Optimis, Bertumbuh, Berbuah”.
Ibadat syukur dipimpin Pdt. Apriana Norma Manu-Folla, S.Th dan dihadiri seluruh jajaran Direksi, managemen dan karyawan Bank TLM. Juga hadir perwakilan dari koster Gereja dan anak-anak Panti Asuhan.
Dalam kotbahnya, Pdt. Apriana Norma Manu-Folla, S,Th menyoroti thema acara Ibadat Syukur Hari Ulang Tahun Bank TLM Ke-15 tersebut. Menurut Pdt. Apriana, jajaran direksi dan manajemen serta karyawan Bank TLM memang pantas optimis, karena selama ini Bank TLM terus bertumbuh dan berkembang.
Namun demikian, untuk mempertahankan pertumbuhannya, harus ada inovasi dan ide kreatif, serta memiliki semangat yang sama dan kekompakan dalam bekerja. Sehingga Bank TLM terus bertumbuh dan berbuah, dan membawa manfaat bagi para nasabah dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Direktur Bank TLM, Robert P Fanggidae, menyampaikan rasa syukurnya karena Bank TLM terus tumbuh dan berkembang atas kebaikan Tuhan. Menurutnya, rancangan Tuhan akan hadir dan bertumbuhnya Bank TLM bahkan sudah ada sebelum Bank TLM didirikan.
Sebagai bukti penyertaan Tuhan, Robert P Fanggidae kemudian menceritakan kembali sejarah berdirinya Bank TLM hingga hingga menjadi berkembang seperti saat ini. Mulai dari munculnya ide mendirikan sebuah BPR dari para pengurus Yayasan TLM, bagaimana ide itu terus didengungkan hingga kemudian Bank TLM didirikan.
Diceritakan Robert P Fanggidae, saat itu Yayasan Tanaoba Lais Manekat (TLM) adalah salah satu nasabah Bank Arta Graha Cabang Kupang, Saat mendatangi Bank Arta Graha Cabang Kupang, Pak Rozali, selaku pengurus Yayasan TLM meminta dirinya membantu mencarikan orang yang mampu mendirikan sebuah bank perkreditan rakyat (BPR).
Dirinya kemudian berusaha mencari tahu apakah ada orang NTT yang bisa mendirikan dan mengelola sebuah BPR. Namun tidak ditemukan. Yang ada hanyalah orang NTT yang menjadi pegawai bank atau konsultan perbankan.
Suatu ketika, Pak Rozali pergi ke Australia guna mendapatkan bantuan dana untuk dipakai mendirikan sebuah BPR. Waktu itu antara bulan Desember 2005 atau Januari 2006. Setelah sampai di Australia, pak Rozali mengirim SMS kepada dirinya agar segera mendapatkan orang yang mamou pendirikan BPR dan segera kirim CV (curriculum vitae) melalui email supaya bisa mendapatkan bantuan dana tersebut.
Nama dan CV orang tersebut harus dikirim kepadanya hari itu juga, paling lambat setelah jam makan siang. Karena tidak menemukan orang NTT yang mampu mendirikan BPR, terpaksa Robert P Fanggidae mengirim CV dirinya sendiri.
“Dalam hati saya berpikir, cari orang yang bisa bikin BPR bisa didapatkan nanti, yang penting bantuan dana Rp 5 miliar dari Australia diperoleh terlebih dahulu, dari pada dibatalkan. Tetapi setelah pulang dari Australia, pak Rozali meminta saya untuk mendirikan BPR,” cerita Robert P Fanggidae.
Karena tidak punya pengetahuan yang cukup tentang bagaimana mendirikan Bank, ia kemudian menelpon beberapa teman kuliahnya yang tinggal di Denpasar dan Jawa untuk mendapatkan masukan. Ia juga berkonsultasi ke Bank Indonesia (BI) NTT.
Meski belum meninggalkan pekerjaannya sebagai Wakil Kepala Cabang Bank Arta Graha Kupang, Robert P Fanggidae memberanikan diriuntuk mulai membangun Bank TLM. Ternyata, karena penyertaan Tuhan, Bank TLM terus bertumbuh dan berkembang, dan semakin maju hingga terus bertahan dan mencapai usianya yang ke-15 tahun.
Robert P Fanggidae optimis, kedepannya Bank TLM akan terus tumbuh dan berkembang, dan terus menghasilkan buah bagi banyak orang, terutama bagi para nasabah.
Namun demikian, tantangan terberat yang masih dihadapi Bank TLM, kata Robert P Fanggidae adalah modal. Saat ini Modal Bank TLM adalah sebesar Rp 32 Miliar dan tanggal 3 Februari 2023 nanti, Bank TLM aka nada tambahan modal sebesar Rp 2 miliar. Sehingga modal Bank TLM menjadi Rp34 miliar.
Sementara sesuai aturan Otoritas Jasa keuangan (OJK), seluruh BPR wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 6 miliar paling lambat 31 Desember 2024. Bila tidak dapat memenuhinya, BPR harus berkonsolidasi dengan BPR lainnya, apabila pemilik tidak segera menyuntikkan tambahan modal.
“Memang bisa lolos dari aturan bahwa tahun 2024 modal BPR eksisting itu minimal Rp 6 miliar Kita sudah punya modal Rp34 miliar, dan kita seharusnya punya modal Rp50 miliar baru bisa buka cabang, Dan itu berarti, kita butuh uang atau tambahan modal Rp16 miliar lagi untuk bisa buka canbang,” kata Robert P Fanggidae.
Namun hal itu, kata Robert P Fanggidae, bukan berarti tidak ada yang mau membeli saham atau berinvestasi di BPR TLM. “Terlalu banyak orang yang ingin berinvestasi di Bank TLM. tetapi kita musti tetap menjaga agar BPR TLM tetap menjadi milik Yayasan TLM dengan saham 88 persn. Persoalannya disitu,” kata Robert P Fanggidae.
Mempertahankan BPR TLM menjadi milik Yayasan TLM, kata Robert P Fanggidae, berarti menjaga sejarah kepemilikan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), menjaga visi misi Bank TLM yang dipertahankan selama ini.
“Kalau hitungan bisnis murni saja, mencari tambahan modal Rp 16 miliar, satu minggu saja sudah dapat. Tidak lama. Karena kita sudah punya reputasi, sudah punya keperyaacayaan. Dengan adanya suntikan modal dari luar, kita bisa buka sampai empat kantor cabang, bahkan bisa sampai buka di Provinsi NTB. Kita memang mencari keseimbangan. Tapi sampai kapan kita bisa jaga posisi ini?,” kata Robert P Fanggidae.
Menurut Robert P Fanggidae, Yaysan TLM harus tetap memiliki saham dominan 88 persen atau harus berkurang sampai beberapa persen tapi tetap saham mayoritas. Tetapi kalau tanpa ekspansi Bank TLM tidak bisa bertumbuh.
“Di Kupang saat ini ada 80 lembaga jasa keuangan (LJK), ada 7 BPR dan ada 23 bank umum. Jadi ada 30 bank di Kupang. Belum lagi koperasi dan pasarnya jenuh. Karenannya hanya bisa bertumbuh kalau kita ekspansi.,” kata Robert P Fanggidae.
Kantor punya satu kantor cabang saja bisa untung Rp 1-1,3 miliar, berarti jika punya 5 kantor cabang sudah bisa peroleh laba hingga Rp 6 miliar. Karena itu kita harus ekspansi, tidak bisa instensifikasi atau pendalaman pasar,” kata Robert P Fanggidae.
“Kesiapan pilar SDM sudah, teknologi juga suda, tinggal modal. Kalau modal Rp 16 miliar semua masuk dari luar, maka saham Yaysan TLM sisa 41 persen. Tidak mayoriutas lagi. Kalau tidak mayoritas maka Bank TLM bukan milik Yaysan TLM lagi,” kata Robert P Fanggidae.
Karena itu, katanya, kita perlu berdoa supaya pada sidang Sinode GMIT di Sabu Raijua nanti, kita bisa minta Sinode GMIT untuk masuk smenjadi pemegang saham. Dan itu Langkah yang paling aman dan menguntungkan, supaya kepemilikan Bank TLM oleh Yayasan YLM tidak menjadi cuma ceritanya saja di kemudian hari.
“Pada Sidang Sinode GMIT sebelumnya kita sudah coba sampaikan tapi hanya dua klasis yang mau atau setuju, Klasis yang lain belum setuju. Mudah-mudahan tahun depan kita maju lagi dan dari Sinode GMIT berkenan untuk jadi pemegang saham. Dengan begitu, Bank TLM akan cepat berkembang, visi-misi tetap terjaga, dan kepemilikan Bank TLM tetap menjadi milik GMIT,” kata Robert P Fanggidae.
Ibadat Syukur Hari Ulang Tahun Bank TLM ke-15 juga diisi dengan penampilan lagu dari anak-anak Panti Asuhan Hitbia Kupang.
(max)
Comment