Daerah

Jejak Keluarga Go Bagi Romo Purna Bakti, Bangun Wisma Sebagai Buah Kasih

2
×

Jejak Keluarga Go Bagi Romo Purna Bakti, Bangun Wisma Sebagai Buah Kasih

Sebarkan artikel ini
FOTO : Inilah Wisma Purna Bakti yang dibangun Yayasan Felix Maria Go di Nenuk, Kota Amtambua, Kabupaten Belu. Wisma ini dibangun sejak tahun 2011 dan ada penambahan empat kamar baru yang diperuntukkan bagi romo-romo yang purna bakti. Diabadikan Rabu, 19 Maret 2025.

TEROPONGNTT, KEFAMENANU — “Di tanah Timor, kasih tidak berakhir dengan waktu, ia berlanjut dalam setiap karya. Yayasan YFMG adalah jejak tangan kasih Papa Felix Go dan Mama Maria Goreti Yap, yang terus menyala dalam semangat keluarga Go. Sebab, cinta sejati bukan sekadar dikenang, tetapi diteruskan sebagai berkah bagi sesama.” by Fransiscus Go.

Ini sebuah nilai. Tradisi leluhur yang ditanamkan Felix Go dan Maria Goreti Yap, kepada anak-anaknya. Untuk diteruskan dan dijaga. Sangat menginspirasi. Felix Go dan Maria Goreti Yap merupakan suami-istri, pemilik Toko “Sembilan Jaya”, di Terminal Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara. Sepeninggal pengusaha berhati mulia ini, bisnisnya dikelola dan dilanjutkan anak-anaknya. Sampai sekarang. Pun, termasuk ajaran leluhur: berbagi kepada sesama!

Dalam obrolannya bersama wartawan pagi ini (Rabu, 19 Maret 2025), Direktur YFMG, Ir. Fransiscus Go, SH, salah satu putra Felix Go dan Maria Goreti Yap, menuturkan pembangunan “Wisma Purna Bakti”. Di Nenuk, Kota Atambua, Kabupaten Belu. Wisma yang diperuntukkan bagi romo-romo senior dan purna bakti ini, dibangun sejak tahun 2011. Delapan kamar. Sekarang tambah empat kamar lagi.

Pembangunan “Wisma Purna Karya” ini, dilakukan keluarga besar “Go” melalui Yayasan Felix Maria Go (YFMG). “Dulu YFMG sudah membangun delapan kamar, penuh. Saat ini YFMG bangun lagi empat kamar dan tambahan beberapa kamar pendukung. Kondisinya sudah 90 persen rapi,” kata Frans Go dalam obrolan itu. YFMG akan terus mendampingi karya pastoral di Keuskupan Atambua. Dan bangunan ini kami diberi nama Wisma Purna Karya,” ujar Frans Go, sosok pengusaha filantropi yang berkiprah di Jakarta.

Berikut ini komentar keluarga besar “Go” yang tergabung dalam Yayasan Felix Maria Go, terkait pembangunan Wisma Purna Bakti;

* Robert Go:

Senang sekali bisa berbagi dengan para romo yang sudah purna bakti. Sebagai kakak tertua, saya akan terus mendukung apa yang diperbuat keluarga besar Go, karena ini sesuai dengan apa yang diamanahkan orang tua kami.

* Aci Getrida Go:

Upaya ini bagus dan kami mendukungnya. Saya senang dengan ide dan usaha Pak Frans. Saya ajak anak-anak untuk ikut membantu, sekecil apa pun bantuan mereka. Biar mereka tahu cara membantu sesama, terutama kepada para romo.

* Antonius Go:

Menurut saya, adik Frans Go tu orangnya sangat baik terhadap keluarga dan para romo. Orang awam semua diperhatikan dengan baik. Pak Frans tu suka membantu semua orang dengan hati yang tulus. Dulu Pak Frans bangun pertama tu, para romo yang sudah purna bakti semua sudah nikmati. Sekarang bangun tahap kedua ini, semua lancar dan kami sebagai saudara turut senang. Apalagi bangunan ini dihuni oleh romo-romo yang sudah senior. Kami sebagai saudara mendukung Pak Frans dengan cara kami masing-masing, sehngga semua yang dibangun Pak Frans lancar. Semoga Tuhan selalu memberkati kami semua.

* Yustinus Go:

Kami sangat senang bisa membantu menyiapkan kamar-kamar bagi para romo yang sudah purna bakti. Kami akan terus mndukung upaya kaka-adik semua di bawah koordinasi Pak Frans.

* Benyamin/Densy Go:

Pembangunan lanjutan wisma di Nenuk itu adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kami, dan tujuan kami adalah bisa meringankan sedikit beban saudara-saudara kami para romo/pater yang telah purna tugas, sehingga bisa menempati wisma yang kami bangun tersebut. Sumber pendanaan pembangunan wisma ini murni dari Yayasan Felix Maria Go, dimana kami saudara bersaudara “Go” dan Pak Frans Go sebagai ketua yayasan, saling berpartisipasi dalam melengkapi segala jenis kebutuhan dalam pembangunan wisma tersebut.

* Domi Go:

Ini kebersamaan keluarga. Jadi kalo ada kelebihan sedikit-sedikit, kita berikan ke Yayasan Felix Maria Go sesuai kemampuan. Kita bangun wisma untuk membantu para romo yang purna bakti. Kita mulai dari keluarga untuk terus saling bantu.

* Aci Netha Go:

Saya turun langsung di lapangan melihat pembangunan wisma ini. Senang keluarga bisa bantu para romo yang purna bakti. Romo-romo yang purna bakti ini kan sudah tinggalkan keluarga, jadi mereka perlu dibantu dibangunkan kamar. Ada empat kamar yang baru dibangun. Hampir selesai, tinggal finishing. Ini upaya spotanitas keluarga besar Go, dan ajaran orang tua. Kami buatkan kamar-kamar yang sedapt mungkin nyaman bagi para romo. Misalnya bisa dilalui kursi roda dan sebagainya.

* John Go:

Kegiatan ini selain menyambung ajaran orang tua agar terus dekat dengan gereja, juga mempererat jalinan kekeluargaan karena kami terus berkomunikasi dalam grup keluarga. Semoga apa yang kami upayakan bisa bermanfaatkan bagi para romo yang telah purna bakti.

 

Lalu, seperti apa tanggapan para romo yang menghuni wisma tersebut?

* Romo Maxi Amnanu:

Kami sangat bersyukur dan berterima kepada bapak Frans Go dan keluarga besarnya. Tidak semua orang awam Katolik seperti ini. Mereka memberi perhatian kepada romo-romo yang purna bakti. Ternyata ada kelompok-kelomok seperti Yayasan Felix Maria Go dan keluarganya yang beri perhatian besar, baik kepada gereja-gereja maupun kepada romo-romo yang purna bakti. Terima kasih banyak Pak Frans Go bersama keluara besar yang telah memberi andil. Memang kita butuh sarana-sarana seperti ini. Kami hanya bisa balas dengan doa setiap ekaristi pagi, semoga keluarga Go terberkati.

* Romo Emanuel Hane:

Kami sangat-sangat berterima kasih. Wisma yang lama dibangun pada tahun 2011, dan saya sudah tempati sejak itu. Saya sudah lama berkenalan dengan Pak Frans Go. Orangnya sangat peduli dan membantu. Tidak hanya bangunkan kami wisma, tapi juga beri kami uang makan. Wisma yang baru dibangun sekarang lagi pasang keramik dan sudah dicat. Tahun 2013 lalu saya ke Jakarta. Beliau suruh sopirnya jemput saya di hotel, lalu kami bertemu dan kasi saya uang. Itu kenangan indah bersama Pak Frans Go. Tahun ini saya genap berusia 80 tahun. Saya masih melayani lima lingkungan dan satu stasi. Saya sudah jadi imam 50 tahun.

(*)

Comment