TEROPONGNTT, KUPANG — “Hampir tiga tahun ini kesulitan air sangat kami rasakan terutama memasuki musim kemarau seperti sekarang ini.” Demikian dikatakan Yohana Bistolen (48), Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kamboja Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, di Bello, Jumat, (16/10/2020).
Bistolen mengatakan, untuk mengatasi kesulitan itu, semua anggota wanita tani terpaksa mengurangi areal tanam, yang biasanya satu hektar dikelolah semua, namun karena keterbatasan air hanya sekitar 25 x 25 meter persegi yang dikelolah anggotanya.
Dengan kondisi itu masih menurut Yohana Bistolen, hasil panen berkurang, sehingga pemasukan juga makin terbatas. Yohana berharap, ke depan ada yang mau membantu kelompoknya dengan bantuan sumur bor agar dapat mengatasi krisis air di musim kemarau seperti sekarang ini.
Jenis tanaman yang ditanam, menurut Bergita Abuk Tuan, salah seorang anggota Wanita Tani Kamboja di tempat yang sama, yakni selain sayur juga jagung. “Yang kami tanam sayur-mayur juga jagung, namun tergantung ketersediaan air,” kata Bergita.
Ditempat yang sama Maria Bistolen Tuan, salah seorang anggota kelompok mengatakan; selama ini kelompok mendapat pendampingan dari PPL Dinas Pertanian Kota Kupang dan mendapat bantuan Bibit, puouk juga peralatan, tetapi pihaknya tidak bisa banyak berbuat karena keterbatasan air di musim kemarau.
“Dapat bantuan bibit, pupuk dan mesin air tetapi tidak banyak tanam karena air sedikit terutama di musim kemarau seperti sekarang ini,” tandas Maria.
Sementara itu Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) Kelurahan Bello, Maria Imakulata Mau dari Dinas Pertanian Kota Kupang, di areal persawahan Bello kemarin, menjelaskan, secara keseluruhan luas areal pertanian wilayah binaannya Kelurahan Bello berkisar 31 Ha. Terdiri dari 17 Ha areal persawahan dan 14 Ha lahan kering.
Dan kondisi yang sering dikeluhkan petani Kota Kupang khususnya di Bello hampir sama yakni keterbatasan air. Sebab memasuki musim kemarau titik-titik sumber air di beberapa tempat tidak hanya di Bello tetapi juga Naioni dan Fatukoa sangat minim. Sehingga hal ini sangat mempersulit aktifitas para petani.
“Hampir semua sama yakni keterbatasan air pada musim kemarau, dan tugas pokok kami terbatas hanya sampai pada pendampingan dan efaluasi serta laporan, soal tindak lanjyt dari kondisi dilaporan kami itu tergantung pada lembaga,” tandas Imakulata.
(goe)
Comment