TEROPONGNTT, KUPANG — Judul ini bukan cerita novel seperti dalam cerita “Kembalinya Sang Legenda Leng Xu”. Tetapi sebuah ungkapan hati yang terlontar dari bibir seorang petani lusuh dan rendah hati di Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
“Dia legenda kami telah kembali.” Demikian Andreas Tuan kepada penulis usai mencium Sabu, legenda mereka Marthen Dira Tome.
Ketika ditanya penulis apa makna kalimat yang baru saja ia dilontarnya, dengan sedikit senyum Andreas berujar, “Karena dia (Marthen/red) sejak dulu dengan programnya, kami termasuk saya, bisa mengenal huruf bahkan bisa membaca”.
Masih menurut Andreas, Program PLS sejak dulu menyentuh petani karena prakteknya langsung di lapangan. Mengapa PLS dulu hadir di Bello, menurut Andreas salah satu petani itu, karena sejak dulu sampai sekarang, Bello dikenal sebagai salah satu kantong pertanian di sudut Ibu Kota Propinsi NTT.
“Dulu progam PLS tahu betul apa yang kami petani butuhkan,” kata Andreas Tuan lagi.
Ir Marthen Dira Tome. Nama sang Legenda yang satu ini tak asing lagi di teliga seantero masyarakat NTT, terutama pegiat Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Terlebih lagi mereka yang bermukim di desa-desa.
Sebab dari setiap program semasa Marthen Dira Tome aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil, mantan Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah Dinas Pendidikan Nusa Tenggara Timur itu, banyak menoreh prestasi. Banyak alumni Pendidikan Luar Sekolah (PLS) telah mengukir prestasi dari tangan dinginnya.
Sekaligus, Mantan Bupati Sabu Raijua dua periode itu, telah membuat sekian ribu anak petani di desa-desa mengenyam pendidikan melalui jalur pendidikan luar sekolah. Bahkan ada yang telah menjadi pimpinan di sejumlah lembaga negeri maupun swasta.
Mereka menjulukinya Rajawali Pendidikan Luar Sekolah, ada juga yang menyebutnya presiden dan profesornya PLS NTT. Sebab di-eranya tahun 2003, sejumlah daerah di Indonesia menjadikan NTT sebagai induknya Pendidikan Luar Sekolah hingga jauh-jauh dari daerahnya datang melakukan studi banding.
Minggu, 16 April 2023, Marthen Dira Tome kembali menginjakan kaki di lingkungan RT 007/RW 003 Kelurahan Bello, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Setelah hampir sebelas tahun pergi karena terpilih sebagai Bupati Sabu Raijua hingga sempat divonis penjara.
Kehadiran Marthen hari itu tak sendirian tetapi ditemani Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjoh. Namun bukan dalam kapasitas sebagai Penjabat Wali Kota Kupang, tetapi kunjunga ppribadi untuk sekedar refreshing di kebun sayur Bello milik warga, yang juga salah satu tempat sejarah bagi legenda PLS Marthen Dira Tome. Karena di tempat tersebut sampai sekarang masih ada benih-benih pegiat Pendidikan Luar Sekolah yang adalah masyarakat Bello pada masa itu.
Kehadiran Dira Tome sebenarnya sekedar lepas kangen dengan masyarakat saat itu. Namun ternyata di luar dugaan, banyak pendukung sang legenda telah menunggu. Sebagaimana pantauan penulis, terlihat Marthen Dira Tome turun dari sebuah mobil putih, dan ia disambut warga dengan cium hidung khas masyarakat suku Sabu.
Sambil mengajak masyarakat duduk melingkar, ia menanyakan apa kabar kepada masyarakat dan apa saja yang ditanam selama ini. Sontak disambut dengan tepuk tangan riuh masyarakat yang hadir saat itu, yang terdiri dari petani dan ibu-ibu penenun. Ada yang menjawab sedang menanam sayur, mentimun dan lain-lain.
Pertemuan singkat sore itu sederhana dan terkesan mendadak namun terlihat dari raut wajah masyarakat yang hadir tersirat gembira penuh kekeluargaan. Hal ini membuktikan bahwa rekam jejak seorag Marthen Dira Tome dengan gerakan Pendidikan Luar Sekolah sampai sekarang masih ada dan eksis.
Dalam dialog hari itu, Sang Legenda, Sang Rajawali, Sang Presiden Pendidikan Luar Sekolah (PLS), demikian berbagai julukan bagi Ir. Marthen Luther Dira Tome, berkesempatan bertemu dan berdiskusi dengan masyarakat kelompok tani dan kelompok Tenun Ikat di RT 07/RW 03 Kelurahan Belo Kota Kupang.
Sang Legenda memberikan penguatan dan arahan bagi petani agar tetap eksis dalam berkarya dan harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, mendukung dan berkolaborasi dengan pemerintah.
Marthen juga mengatakan, dalam menjaga dan meningkatkan produksi, petani harus berinovasi dengan menciptakan dan menggunakan pupuk kompos/organic. Petani juga harus menghadirkan aneka tanaman holtikultura, karena petani yang ada di pinggiran kota ini sebagai penyangga utama ketersediaan makanan bergizi bagi masyarakat Kota Kupang.
“Sebagai petani harus bangga karena memiliki peran besar dalam mengadakan pangan bagi masyarakat, tidak hanya di Kota Kupang, Karena itu kebanggaan masyarakat yang dimaksud harus didasarkan pada inovasi dan modernisasi dan cara berpikir dalam menghadirkan berbagai aneka prodak berkualitas dan dikerjakan dengan cara dan peralatan yang moderen,” tegas Marthen.
Ia juga mengarahkan masyarakat untuk memanfaatkan setiap lahan kosong di wilayahnya, juga semua potensi lainnya seperti air,ternak dan tenun ikat yang ada, untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih baik.
(Penulis : Goris Takene)
Comment