TEROPONGNTT, KUPANG — Sarah Welhelmina Lenggu, siswi SMA Negeri 1 SoE (TTS) merupakan satu dari 12 anak kategori usia 15 sampai 19 tahun yang terpilih dalam gerakkan ‘Sehari jadi Gubernur’. Gerakan ini diselenggarakan untuk merayakan Hari Anak Perempuan Internasional Tahun 2017 dengan tagline “Because I am a Girl”. Program Sehari jadi Gubernur ini merupakan kegiatan kedua yang dilaksanakan bersama di Provinsi NTT.
Gerakan Sehari jadi Gubernur dan Sehari jadi Pimpinan Perangkat Daerah, merupakan sebuah program kerjasama antara Plan Internasional Indonesia Cabang Kupang dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) NTT. Tujuannya, untuk memperkuat kesadaran dan kesetaraan jender serta hak-hak anak perempuan dengan mengusung isu ‘Pernikahan di Usia Anak’.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyambut gembira kedatangan 12 orang anak karena dapat berbaur dengan anak-anak yang bercita-cita tinggi untuk menjadi pemimpin di masa depan. Dalam Program Sehari jadi Gubernur, Sarah Welhelmince Lenggu terpilih, menjadi seorang Gubernur wanita yang digelar di kantor Gubernur NTT, Selasa (3/10/2017) pagi.
Sarah Welhelmince Lenggu, dipersilahkan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya untuk duduk dikursi orang nomor satu di Provinsi NTT itu. Sarah Lenggu juga dipersilahkan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya untuk menulis disposisi surat masuk kepada Sekretaris Derah NTT, Benediktus Polo Maing. Cara menulis disposisi surat juga oleh Sarah Lenggu diajari Gubernur Frans Lebu Raya.
“Wah… Ini disposisi yang ditulis oleh Gubernur Sehari. Pasti Pak Sekda terkejut melihat disposisi ini, karena tulisan Pak Gubernur hari ini kok lain,” begitu canda Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, sambil tertawa.
Usai beranjak dari ruang kerja Gubernur, Sarah Lenggu selaku Gubernur Sehari memimpin rapat koordinasi di ruang rapat Gubernur NTT bersama teman-temanya yang juga sehari selaku pimpinan perangkat daerah lingkup Pemerintah Provinsi NTT. Dari rapat koordinasi itu dihasilkan rekomendasi yang diserahkan kepada Gubernur Frans Lebu Raya yang berisi isu-isu terkait pernikahan di usia anak.
Menanggapi Program ‘Sehari jadi Gubernur’, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya menyebutkan pentingnya pemberian kesempatan penuh kepada anak-anak mengakses ruang kerja dan ruang rapatnya dalam berbagai aktivitas sebagai Gubernur Sehari.
“Mereka membahas topik tertentu sesuai dengan keinginan mereka bersama pimpinan perangkat daerah sehari. Jadi, bagi saya itu merupakan bentuk motivasi. Anak-anak harus memiliki mimpi besar dan cita-cita yang tinggi, setinggi bintang di langit dan kedepannya, mereka juga bisa jadi Gubernur,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas (Kadis) P3A NTT, Erni Usboko, mengatakan latarbelakang dari kegiatan ini antara lain karena banyaknya fakta yang menjukan minimnya perempuan yang mau memimpin, porsi perempuan yang kecil dalam organisasi. Karenanya, lewat gerakan ini perempuan diharapkan juga memiliki mental menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
“Mereka diajari bagaimana memimpin suatu organisasi atau lembaga berkaitan dengan cara memimpin rapat, pengambilan keputusan dan menghasilkan rekomendasi untuk ditindalanjuti,” kata Erni.
Sedangkan Manager Communication Plan Internasional cabang Kupang, Isny Achmad, menjelaskan bahwa gerakan ini selain untuk merayakan Hari Anak Perempuan Internasional 2017 yang puncak acaranya akan digelar di Jakarta pada 11 Oktober 2017 nanti, juga untuk memotivasi anak perempuan agar bisa duduk di kursi Gubernur dan menata jalannya administrasi pemerintahan, termasuk memimpin rapat koordinasi yang dapat menghasilkan sebuah keputusan maupun rekomendasi untuk ditindaklanjuti, terutama berkaitan dengan isu pernikahan di anak usia dini.
Dijelaskan Isny Achmad, sebanyak 12 orang anak, yaitu 11 orang anak perempuan dan satu anak laki hasil seleksi dari sejumlah SMA di NTT itu adalah anak hasil seleksi secara ketat, berkaitan dengan mental dan kepribadian anak, kecakapan anak dalam berbicara dan mendapatkan infornasi maupun kecakapan anak dalam menjalin koordinasi dengan baik.
Sehari jadi Gubernur, kata Sarah Welhelmince Lenggu, adalah hal yang luar biasa. Kesempatan ini dipergunakannya untuk membahas berbagai isu tentang pernikahan di usia anak dan apa dampaknya.
“Kami ingin menyuarakan keinginan kami agar pemerintah bisa menanggulanginya supaya anak perempuan Indonesia juga mempunyai hak untuk meraih kemerdekaan, sehingga tidak lagi terjadi pernikahan di usia anak. Bahwa anak Indonesia punya masa depan dan bisa meraih cita-cita.(*/ Siaran Pers Biro Humas NTT)
Comment