TEROPONGNTT, KUPANG — Ada yang mengatakan jangan anggap remeh virus ini, sebab telah membunuh sekain banyak orang. Ada pendapat lain, jangan memberikan informasi yang membuat takut/resah/panik masyarakat seperti membeberkan data kematian akibat corona. Pada sisi ini kita berdiri pada area dilematis. Tidak memberikan awasan, orang lengah, dan ketika diberikan warning, banyak juga yang protes. Lantas kita harus seperti apa? Mungkin jawabnya adalah harus sedang-sedang saja alias berimbang.
Banyak ahli dan para pakar/peneliti telah menjelaskan dengan sangat bagus tentang virus ini di dalam berbagai literature, jurnal internasional, namun belum banyak dipahami secara baik oleh kita yang awam karena disajikan dalam bentuk yang sangat ilmiah. Setelah cukup lama mempelajari “Corona” dari berbagai literatur (jurnal international), saya menemukan beberapa catatan penting. Virus ini sebenarnya mirip dengan virus flu biasa dengan gejala awal yang sama persis hanya bedanya pada puncaknya yaitu pada Coronavirus terjadi gejala berat seperti sesak nafas/gagal nafas.
Virus ini punya kelemahan yaitu tidak dapat hidup lama tanpa ‘manusia’ sebagai inang (prosesnya seperti benalu pada tumbuhan inang). Ia bertahan di alam/lingkungan tergantung media dan suhu. Makin panas makin cepat dia mati. Juga kelemahan lainnya adalah dapat mati terbunuh oleh prajurit handal yang kita miliki dalam tubuh kita yaitu imun (jika imun kita kuat kita sehat terus tetapi jika imun kita tidak kuat, maka bisa berakibat fatal).
Jadi, hanya dua cara agar virus ini punah. Pertama, jangan biarkan virus ini masuk ke dalam tubuh kita/tertular oleh/dari orang lain, dan yang kedua, perkuat system imun tubuh kita sebagai pertahanan terakhir.
Lantas bagaimana caranya? :
- Jangan biarkan Coronavirus masuk.
Ibaratnya perang, jangan sampai kita tertembak peluruh musuh atau saat melawan zombie, awas jangan tergigit. Anda pernah kena flu/batuk pilek? Kenapa kita bisa kena flu? Yah seperti itu cara virus ini masuk dalam tubuh kita. Virus ini hanya bisa masuk lewat mata, hidung, dan mulut. Jika ada orang yang sudah terinfeksi mengeluarkan droplet (cairan flu atau ludah) lalu kena di baju, kain, atau meja, dan kita sentuh barang tersebut, kemungkinan besar kita kena. Makanya, kenapa orang menyuruh kita jangan sentuh wajah dan rajin cuci tangan dengan sabun, biar virusnya mati.
Virus ini adalah jenis baru dengan nama penyakit Covid-19. Dia dibawa oleh orang/manusia bukan oleh nyamuk atau lalat. Oleh sebab itu, mengapa kita harus berhati-hati terhadap orang khususnya orang baru/mereka yang datang dari luar daerah, yang sudah terpapar Coronavirus. Ide menjaga wilayah desa/dusun masing-masing adalah strategi yang sangat bagus. Jadi, bapak/mama di kampung bisa beraktivitas seperti biasa dalam kampung (memberi makan hewan ternak, ke kebun dan ke laut).
Mereka yang kita curigai harus kita arahkan untuk tetap di rumah sambil kita menjaga jarak dengan dia (selama 14 hari – Kenapa harus 14 hari? Penjelasannya dibawah). Ini khusus kita yang di kampung kalau di kota dengan mobilitas tinggi, yah mau tidak mau harus jaga jarak dan jaga diri. Lebih aman jika tetap di rumah.
- Perkuat Daya Tahan Tubuh
Apakah semua orang bisa kena atau terpapar virus ini? Jawabannya ya. Apakah semua yang kena bisa meninggal?. Jawabannya tidak. Sebab tergantung usia, penyakit bawaan dan kehendak Tuhan tentunya. Mari kita lihat. Fakta menunjukkan bahwa di Italia 85,6 persen dari mereka yang telah meninggal akibat terjangkit virus ini adalah orang yang berumur 70 tahun ke atas. Hal yang sama terjadi di China, berdasarkan Chinese Center for Disease Control and Prevention (CDC), tingkat kematian di China akibat corona terbanyak adalah pasien dengan usia di atas 50 tahun. Artinya apa? Sederhana saja. Orang tua tidak sekuat dulu saat masih muda. Usia produktif/usia muda antibodinya berproduksi 2-3 kali lipat dibandingkan dengan para orang tua.
Faktor selanjutnya adalah pasien memiliki riwayat penyakit bawaan seperti jantung, diabetes, penyakit saluran pernapasan lain, hipertensi dan kanker. Jadi kebanyakan yang meninggal di semua usia adalah mereka dengan penyakit bawaan ini.
Bagaimana kita memperkuat imun tubuh? Sudah banyak yang memberi referensi. Cukup berpola hidup sehat; makan makanan bergizi, berolah raga dan istirahat yang cukup. Jangan pikiran/jangan stres dan panik. Karena antibody kita akan lambat berproduksi. Dengan itulah kita mudah terserang. Apalagi stress, itu hanya membuat psikosomatik (kondisi jiwa yang tersugesti) lalu membuat tubuh lemah. Ketika kita dilanda stres, kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi (limfosit) berkurang. Tidak sedikit penelitian yang menyebutkan efek stres pada sistem imun ini.
Ada yang menambahkan, berjemur di matahari. Benar juga tetapi itu bukan untuk membunuh virus corona di dalam tubuh tetapi untuk memperoleh Vitamin D dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Apabila ada yang tanpa disadari telah positif (terpapar dari luar daerah dan masuk ke satu daerah) sebagai masyarakat jangan menganggap itu sebagai aib. Selama masih sehat, tetaplah di rumah, perkuat imun tubuh bila perlu lakukan meditasi. Selama kurang lebih satu minggu, anti bodi akan mempelajari virus yang masuk. Setelah itu sekitar hari ke-7 ia akan keluar untuk berperang melawan virus tersebut. Setelah 7 hari berikutnya, virus telah selesai dibasmi oleh anti bodi dan orang tersebut sehat dan tidak menularkan kepada orang lain (ini alasanya karantina 14 hari).
*Penulis : Vinsen Belawa Making SKM.,M.Kes (Kepala LP3M Universitas Citra Bangsa – Sekretaris Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia/IAKMI – NTT – Sekjen Koalisi Organisasi Profesi Kesehatan tingkat Provinsi NTT)
Comment