TEROPONGNTT, KUPANG — Pater Golderfridus Meko, SVD, MA atau yang sering disapa Pater Frits, adalah seorang imam-misionaris Serikat Sabda Allah (SVD) dan juga seorang penulis kebanggaan asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga saat ini, Pater Frits sudah menulis 18 buku.
Pada Jumat, 9 Juni 2023, Pater Frits hadir dan memberi kuliah umum bagi mahasiswa di kampus Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang. Ia menyampaikan materi terkait “Komunikasi Persuasif” dan berbagi pengalamannya sebagai seorang penulis.
Para mahasiswa yang mengikuti kuliah umum Pater Golderfridus Meko, SVD, MA ini, diantaranya adalah para mahasiswa semester IV Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi. Mereka mengikuti kuliah umum dengan serius.
Menurut Pater Frits, seorang penulis perlu membangun motivasi sebagai langkah awalnya, lalu didukung dengan komitmen dan konsistensi. Langkah selanjutnya yaitu seorang penulis juga harus rajin membaca.
“Untuk menjadi penulis yang baik, seorang penulis harus sering membaca buku. Hal ini dilakukan untuk menambah wawasan si penulis,” ucapnya.
Membaca memang sangat penting bagi seorang penulis untuk menambah wawasan dan referensi. Karena dengan pengetahuan yang luas, seorang penulis akan lebih mudah menghasilkan suatu karya dengan konsep waktu dan kesempatan.
“Kalian harus bisa membedakan antara waktu dan kesempatan. Waktu ialah jam yang telah kita tetapkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas, sedangkan kesempatan ialah jeda dari tiap aktivitas yang kita lakukan. Kesempatan ini bila dimanfaatkan dengan baik, hanya dalam setahun kalian bisa menghasilkan hal yang besar,” jelasnya
Di akhir kuliah umumnya, Pater Frits membuka sesi tanya jawab dan memberikan bukunya yang berjudul “Realitas Hidup dan Warnanya” kepada 3 orang mahasiswa yang berhasil menjawab pertanyaan yang ia diberikan.
Ia juga mengungkapkan rasa bahagianya karena bisa hadir dan mengajar di depan mahasiswa/i semester IV Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi UNWIRA.
(*/Ditulis oleh Viona Clarita, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang).
Comment