Daerah

Perdana..Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbudristek Gelar Festival Cerita Rakyat Alor (FCRA) di Kalabahi

345
×

Perdana..Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbudristek Gelar Festival Cerita Rakyat Alor (FCRA) di Kalabahi

Sebarkan artikel ini
FOTO : Kota Kalabahi

TEROPONGNTT, KALABAHI – Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), secara hhusus menggelar Festival Cerita Rakyat Alor (FCRA), untuk melestarikan sejarah, budaya dan bahasa daerah di “Negeri Seribu Moko” tersebut. Yang juga menarik, rangkaian kegiatan FCRA yang pertama kali digelar di Kabupaten Alor ini berlangsung hampir dua bulan lamanya, sejak tanggal 22 September hingga 20 November 2021 dengan jeda waktu tertentu.

Hal ini disampaikan Ketua Panitia Kegiatan FCRA, Yohanis Atamai, S. Pd di Kalabahi, Selasa (21/9/2021) malam. Menurut Atamai, terdapat empat kegiatan penting dalam penyelenggaraan FCRA, yakni seminar nasional, workshop penulisan cerita rakyat Alor, lomba penulisan cerita rakyat Alor dan puncak acara diisi dengan Pentas Seni dan pengumuman pemenang lomba penulisan cerita rakyat Alor.

“Selama ini, Kabupaten Alor tidak hanya tekenal dengan pesona alam baharinya saja, namun kabupaten yang berjuluk Negeri Seribu Moko ini menyimpan potensi budaya yang sangat luar biasa, yakni memiliki 16 suku bangsa,” jelas Atamai.

Berdasarkan Peta Bahasa Kemendikbud Tahun 2020, kata Atamai, Kabupaten Alor memiliki 25 bahasa daerah. Karena itu, jumlah bahasa di Alor merupakan yang terbanyak di Provinsi NTT, yang memiliki 72 bahasa daerah ini. Bahasa-bahasa daerah di Kabupaten Alor yakni: bahasa Alor, Batu, Blagar, Deing, Dulolong, Hamap, Kabola, Kaera, Kafoa, Kamang, Kiraman, Klamu, Klon, Kolana, Kui, Kulatera, Lona, Nedebang, Pura, Retta, Sar, Sawila, Teiwa, Tewa, dan Wersing/Kolana/Wirasina.

“Kebanggaan akan keragaman budaya dan bahasa ini terkadang membuat kita terlena. Kami sebagai putera asli Alor menyaksikan sendiri bahwa lambat-laun keragaman budaya dan bahasa daerah di Alor mulai ditinggalkan oleh generasi penerusnya. Bukan tidak mungkin di kemudian hari keragaman budaya dan bahasa di Alor akan punah,” tandas Ketua KNPI Kecamatan Alor Tengah Utara itu.

“Hal ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi semua pihak, terutama masyarakat Alor itu sendiri. Berdasarkan keprihatinan tersebut, maka kami menggagas kegiatan Festival Cerita Rakyat Alor sebagai upaya awal untuk melestarikan sejarah, budaya dan bahasa di Alor,” lanjut Atamai.

Manfaat dari kegiatan tersebut, kata Atamai, yakni memupuk dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Alor, menumbuhkan literasi budaya masyarakat Alor dari budaya lisan ke budaya tulis, dan menumbuhkan kesadaran untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan di Alor. Selain itu, akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Alor, dalam melestarikan sejarah dan kebudayaan, serta keragaman bahasa yang ada.

Kegiatan ini diikuti seluruh masyarakat Alor yang dibagi dalam dua kategori, yakni SMA/SMK dan sederajat, serta mahasiswa dan umum. Kegiatan didahului dengan menyelengarakan workshop penelitian sejarah, budaya dan kepenulisan bagi peserta. Setelah workshop, baru dilanjutkan dengan menulis cerita rakyat berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di wilayahnya masing-masing.
“Pendaftaran bagi peserta kegiatan kami buka sejak 22 September 2021 hingga 5 Oktober 2021 baik secara daring maupun luring. Selanjutnya para pesertaa akan mengikuti rangkaian kegiatan sesuai jadwal yang ada,” kata Atamai.

(max)

Comment