TEROPONGNTT, SOE — Program Pembuatan Tanaman Reboisasi Intensif di Desa Oeuban, Kecamatan Mollo Barat, Kabupaten TTS, seluas 265 ha terancam gagal karena sebanyak kurang lebih 20 ribu anakan jambu mente serta anakan kemiri yang sudah berada di lokasi penanamam tampak kering dan mati. Batang dan daun jambu mente yang masih dalam polibek tidak bisa ditanam karena kekurangan air.
Sadrak Manbait selaku Ketua Kelompok Saenam menjelaskan, matinya puluhan ribu anakan jambu mente disebabkan kekurangan air untuk menyiram sebelum anakan tersebut dibawa ke lokasi untuk ditanam.
“Kurang air untuk kami siram anakan, sebelum kami bawa ke lokasi untuk ditanam,” ungkap Manbait kepada wartawan ketika meninjau anakan mente yang berada di pinggir kali Oelmella, Rabu (27/11/2019).
Sadrak Manbait menjelaskan pola tanam anakan mente dan beberapa jenis anakan lainnya menggunakan pupuk hidrogel yang dicampur dengan air kemudian ditanam sehingga harus ditanam dimusim kemarau. Sebab jika ditanam pada musim hujan maka akar anakan akan membusuk sehingga sulit untuk hidup.
Sebagai ketua kelompok, Sadrak mengaku sudah menerima upah kerja senilai Rp132 juta untuk 110 orang dari 10 sub kelompok yang menanam anakan tersebut ditambah Rp20 juta untuk hari orang kerja (HOK).
Sadrak Manbait mengatakan, sudah menanam anak jambu mente pada 3 tiga lokasi. Namun, ketika dilakukan pemantau bersama Babinsa Mollo Barat, Ike Arkian, ditemukan puluhan ribu anakan jambu mente yang mati dan masih tersimpan dipinggir kali.
“Pak wartawan lihat sendiri kan, anak jambu mente ini sudah kering dan mati karena memang disimpan saja, tidak ditanam,” kata Arkian.
Ike Arkian menyayangkan sikap ketua kelompok yang belum menanam puluhan ribu anakan jambu mente yang tidak bisa dimanfaatkan lagi karena sudah kering dan mati.
“Semua anakan kering dan mati sehingga tidak bisa ditanam lagi. Negara tentunya sangat rugi dengan ulah-ulah masyarakar seperti ini,” ucap Ike Arkian.
Sementara mantan Anggota DPDR TTS, Sadrak Pah yang turut melihat langsung puluhan ribu anakan jambu mente yang kering dan mati, mengaku kecewa dengan UPTD Kehutanan Kabupaten TTS dan juga masyarakat desa Oeuban yang tidak memanfaatkan secara baik bantuan anakan tersebut. Sadrak Pah menilai proyek tersebut hanya membuang buang anggaran negera.
“Ini kan buang-buang saja anggaran negara. Tidak ada manfaatnya bagi masyarakat,” kata Sadrak kesal.
Hingga berita ini diturunkan pihak UPTD Kabupaten TTS belum berhasil dikonfirmasi.
(PR)
Comment