TEROPONGNTT, KUPANG – Setiap tahun, ribuan umat Katolik dan peziarah hadir di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur untuk mengikuti dan menyaksikan langsung tradisi perayaan Samana Santa, sebuah tradisi keagamaan dan budaya yang kini menjadi wisata rohani.
Bukan cuma umat Katolik Flores dan NTT yang hadir, namun umat Katolik dan peziarah dari berbagai provinsi dan mancanegara juga turut memadati Kota Reinha untuk menyaksikan dan mengalami langsung perayaan Tradisi Samana Santa.
Hal yang sama tentu terjadi di tahun 2018. Bahkan sesuai informasi yang dihimpun, Menteri ESDM, Ignasius Jonan juga hadir di Larantuka, Flores Timur untuk mengikuti Samana Santa 2018. Memang, kinilah saatnya semua mata tertuju ke Tradisi samana Santa di Larantuka.
Pada tahun 2016 lalu, seperti berita yang dirilis mediaindonesia.com, ribuan umat Katolik dan para peziarah memadati Kapela Tuan Ma di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, NTT, untuk mencium kaki patung Tuan Ma sebagai salah satu tradisi Samana Santa pada perayaan Jumat Agung.
Sebagai salah satu rangkaian tradisi Samana Santa, yaitu cium patung Tuan Ma, ribuan umat Katolik dan para peziarah dari berbagai penjuru dunia terus berdatangan dan memadati Kapela Tuan Ma.
Antrean panjang terlihat sepanjang malam hingga siang selama Tri Hari Suci (mulai Kamis Putih, Jumat Agung, dan perayaan Paskah) ribuan umat terus berdatangan di kapela ini untuk mencium patung Tuan Ma. Cium patung Tuan Ma telah menjadi tradisi berabad-abad lamanya setiap kali perayaan Samana Santa selama Tri Hari Suci sejak Kamis Putih, Jumat Agung hingga perayaan Paskah.
Dalam tradisi ini setiap umat Katolik dan para peziarah berbaris panjang dan antre menunggu giliran untuk menuju patung Tuan Ma. Sambil antre dan terus berdoa, umat maju menuju patung dengan berlutut sebagai ungkapan kerendahan hati. Persis di depan patung, setiap umat akan bersujud dan mencium kaki patung Tuan Ma, sambil menyampaikan doa dan ujud.
Nama Tuan Ma berarti Ibu Tuhan, diyakini oleh umat Katolik di daerah ini sebagai ibu dari Tuhan Yesus Kristus sehingga pada perayaan Jumat Agung ini salah satu tradisi Saman Santa yaitu melakukan penghormatan terhadap ibu Yesus, yaitu Tuan Ma yang ditempatkan di dalam sebuah Kapela.
Kapela Tuan Ma ini hanya dibuka setahun sekali pada perayaan Samana Santa setiap kali menjelang Paskah. Karena itulah, ribuan umat dan peziarah selalu mendatangi tempat ini setiap kali menjelang paskah untuk berdoa dan memohon berkat.
Tradisi cium Tuan Ma merupakan salah satu rangkaian tradisi Samana Santa setiap menjelang Paskah dengan diikuti rangkaian tradisi lainnya, yaitu tradisi prosesi laut dan tradisi prosesi patung Tuan Ma dan Tuan Ana. (X-2).
Sementara Kompas.Com dalam artikelnya berjudul “Semana Santa di Larantuka, Ritual Pekan Suci Paskah Berusia 5 Abad,” yang diterbitkan 27/3/2016, menulis, warga mengiringi patung Tuan Ma (Bunda Maria) yang diusung dari kapela menuju Gereja Katedral pada perayaan Pekan Suci atau Semana Santa bagi umat Katholik, di Larantuka, Flores Timur.
Kota Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur kembali didatangi ribuan peziarah dari berbagai daerah dan bahkan mancanegara. Mereka datang untuk mengikuti perayaan Semana Santa selama seminggu penuh masa Pekan Suci Paskah, pada 23-27 Maret 2016.
Perayaan warisan Portugis di Larantuka tersebut merupakan ritual yang dilakukan sejak 5 abad lalu. Makna perayaan menempatkan pusat ritual kepada Yesus dan Bunda Maria sebagai perempuan berkabung (Mater Dolorosa) karena menyaksikan penderitaan anaknya sebelum dan saat disalibkan.
Perayaan Semana Santa dimulai pada Rabu Trewa (Rabu Terbelenggu) (23/3/2016) ketika umat dan peziarah berkumpul berdoa untuk mengenang Yesus yang dikhianati Yudas Iskariot (murid Yesus). Sejak pagi para perempuan melakukan nyanyian ratapan Mazmur dalam bahasa Latin di kapel.
Pukul 3 sore, secara beruntun umat dan peziarah mengetukkan bunyi-bunyian sambung-menyambung di seluruh Larantuka. Hal itu menandakan saat memasuki masa berkabung. Setelah itu, tidak diperkenankan bunyi-bunyian maupun melakukan pekerjaan apapun sehingga Larantuka berubah menjadi kota perkabungan suci.
Sepanjang hari sebelum sore di hari Kamis Putih, umat peziarah berdoa dan bergantian melakukan penyembahan “Cium Tuan” di sejumlah situs rohani, di antaranya di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria), Kapel Tuan Ana (Tuhan Yesus), dan Kapel Tuan Meninu (patung kanak Yesus) dan Patung Tuan Bediri (patung Yesus berdiri dengan ayam jantan di kanannya); sebagai wujud permohonan doa kepada Tuhan melalui perantara Bunda Maria.
Aktivitas di hari Kamis Putih berpusat di Kapel Tuan Ma (Bunda Maria) dengan memandikan dan membalutkan kain berkabung berupa mantel beludru hitam, ungu atau biru. Kemudian dilanjutkan pembukaan peti patung Tuan Ana di kapel Tuan Ana.
Sore harinya dilakukan tradisi pemasangangan, yaitu pancang atau tiang lilin di kanan kiri jalan rute perarakan Jumat Agung oleh seorang atau keluarga yang mengajukan diri sesuai nazar agungnya melayani Tuhan untuk keperluan prosesi; pada kegiatan ini umat juga akan membantu mardomu.
Perayaan Ekaristi berlangsung malam hari, mengenang perjamuan terakhir Yesus dengan muridNya, pembasuhan kaki para murid, dan juga pembacaan kisah penangkapan Yesus sampai menunggu diadili. Puncak Acara dilakukan saat Hari Raya Wafat Isa Almasih atau Jumat Agung. Diawali perarakan bahari membawa patung Tuan Meninu, yaitu melawan arus laut Selat Gonzalo dan menahtakannya di Pohon Sirih.
Sekitar 253 perahu tradisional dan kapal motor dengan membawa ribuan peziarah laut mengarak patung Tuan Meninu dari Pantai Lebao menuju Pantai Kuce sekitar 8 kilometer perjalanan.Saat siang hari, dilakukan perarakan mengenang sengsara dan wafat Yesus dengan mengarak Tuan Ma, Tuan Ana, dan Tuan Meninu keliling kota menuju Katedral Larantuka.
Saat perarakan sambil melantukan pujian, terdapat delapan pemberhentian yang disebut dengan armida. Armida mewakili kedelapan situs rohani sebagai simbol kehidupan Yesus, sejak dikandungan Maria hingga wafatnya di dunia. Pagi hari saat Sabtu Suci, ketiga patung dikembalikan ke kapel masing-masing. Mulai saat itu, masa berkabung sudah lewat dan persiapam memasuki masa perayaan Kebangkitan Yesus Kristus.
Larantuka dikenal dengan nama Reinha Rosari yang dalam bahasa Portugis berarti Kota Ratu atau Kota Maria. Nama itu diambil dari sejarah penampakan Tuan Ma dan menjadi pelindung serta pemimpin di kota kecil nan bersahaja ini.
Kisah ini pun menjadikan Larantuka sebagai salah satu pusat berkembangnya Katolik di Indonesia. Dengan demikian, perayaan Semana Santa yang berasal dari tradisi akulturasi Portugis dan penduduk lokal, menjadi daya tarik bagi umat Katolik di seluruh Tanah Air bahkan wisatawan mancanegara.
Sebenarnya tradisi ini masih ada dilakukan di beberapa bagian daerah dunia. Hanya saja, Larantuka termasuk kota yang sangat aktif melakukan prosesi tersebut sampai saat ini.
Adanya tradisi Semana Santa menjadikan kota Larantuka memiliki nilai budaya rohani yang tinggi dan menyampaikan pesan damai, keramahan yang hangat dari penduduk Larantuka kepada pendatang. Selain itu, perayaan Semana Santa, wisatawan dan peziarah dapat menikmati panoraman alam nan indah di Larantuka.
Untuk menuju Larantuka, dapat memanfaatkan penerbangan dari Bali atau Kupang kemudian melanjutkan penerbangan ke Bandara Wai Oti di Maumere lalu menempuh perjalanan darat sekira 3 jam. Ada juga penerbangan ke Bandara Gewayan Tanah di Larantuka yang dilayani maskapai Trans Nusa. (*/mediaindonesia.com/travel.kompas.com)
Comment