TEROPONGNTT, KUPANG – Sembilan sepeda motor atrian mengisi bahan bakar di SPBU Oepoi, di bilangan jalan WJ Lalamentik Kelurahan Oebufu, Kota Kupang, Selasa (26/10/2021) sekira pukul 11.00 wita. Mereka antrian karena petugas SPBU masih melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) pada sebuah mobil.
Ketika pengisian BBM di mobil itu selesai, sepeda motor di urutan terdepan kemudian maju untuk mengisi bahan bakar. Pengendara sepeda motor itu lalu bertanya kepada petugas SPBU, “apakah saat ini tidak ada lagi penjualan premium?”. Petugas SPBU pun menjawab, “Premium sudah lewat. Tidak ada premium lagi”.
Sementara itu, tampak ada kertas bertuliskan ‘Hemat 400” yang ditempelkan di mesin pengisin BBM SPBU tersebut. Pengendara sepeda motor berikutnya lalu bertanya kepada petugas SPBU, “apa maksud tulisan Hemat 400 itu pak?”. Petugas SPBU menjawab, “Sebelumnya Hemat 800 tapi sekarang sudah naik lagi harga Pertalite-nya, jadi Hemat 400. Hemat 800 yang sudah menjadi Hemat 400 ini berlaku untuk harga Pertalite,” jawab petugas SPBU Oepoi.
Sayangnya, pada baju seragam yang dikenakan petugas SPBU sudah tidak ada tulisan nama petugasnya. Mungkin sudah dicabut papan namanya, sehingga tidak diketahui siapa nama petugas SPBU itu. Wartawan teropong-ntt.com yang kebetulan sedang mengisi BBM jenis Pertamax di mesin pengisian lainnya di SPBU tersebut, hanya tersenyum mendengar obrolan singkat itu.
Apa yang dikatakan petugas SPBU Oepoi itu ternyata benar adanya. Buktinya, di tembok pagar SPBU tampak ada sebuah spanduk dengan tulisan “Pertalite Hemat Rp800”. Juga ada gambar logo Pertamina, logo pemerintah Kota Kupang dan ada beberapa tulisan lainnya dengan huruf yng lebih kecil. Dan saat ini sudah ada pula tulisan Hemat 400.
Pantauan di seputaran wilayah Kota Kupang di hari yang sama, juga menunjukan pedagang eceran menjual BBM berwarna biru. Tidak ada lagi botol berisi bensin atau premium eceran yang minyaknya berwarna kuning. Artinya hanya pertalite yang dijual pedagang BBM eceran.
Beberapa penjual BBM eceran di seputaran Jalan Taebenu, Kelurahan Penfui, juga tidak ada yang menjual bensin lagi. Semua menjual pertalite dengan harga Rp10.000 perbotol. Para penjual BBM eceran juga mengaku tidak ada bensin lagi.
Pemerintah Kota Kupang melalui website resminya https://kupangkota.go.id merilis bahwa Kota Kupang menjadi pilot project program Langit Biru Pertamina di Provinsi NTT. Program Langit Biru merupakan program Pertamina dalam rangka pengurangan polusi udara yang dilakukan dengan cara mengedukasi warga untuk beralih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) yang berkualitas dan ramah lingkungan, seperti dari premium ke pertalite. BBM berkualitas memiliki kadar oktan (Research Octane Number/RON) tinggi, sehingga lebih ramah lingkungan karena rendah emisi.
Disebutkan bahwa, launching program Langit Biru rencananya dilakukan pada April 2021. Namun karena kondisi Kota Kupang yang saat itu dilanda badai siklon tropis seroja, sehingga Pertamina memutuskan menunda launching tersebut menjadi bulan Juli 2021.
Di tingkat nasional, NTT merupakan satu-satunya provinsi dimana program Langit Biru belum berjalan. Karena itu Pertamina menunjuk Kota Kupang sebagai pilot project program ini. Setelah Kota Kupang, sosialisasi akan dilanjutkan di sejumlah kabupaten di daratan Pulau Timor kemudian ke seluruh wilayah NTT.
Wakil Wali Kota Kupang, dr. Hermanus Man mengapresiasi program langit biru Pertamina tersebut. Menurut dr. Hermanus Man, selain mendorong pemanfaatan BBM yang ramah lingkungan, program ini juga turut mendukung pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi covid-19.
Sales Branch Manager Pertamina MOR V Cabang Kupang-NTT, Muhamad Angga, yang dikonfirmasi melalui pesan whatsapp (WA), Rabu (20/10/2021), membenarkan tidak ada lagi premium yang dijual di Kota Kupang sejalan dengan adanya program Langit Biru Pertamina. Sebelum program langit biru diterapkan, Pertamina MOR V Cabang Kupang terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan pemerinth Provinsi NTT dan Pemerintah Kota Kupang termasuk dengan OPD-OPD terkait seperti Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup dan OPD lainnya.
Dalam pelaksanaan Program Langit Biru, jelas Muhamad Angga, Pertamina memberikan subsidi harga pada BBM jenis Pertalite, sehingga, harga pertalite yang dijual di SPBU setara dengan harga premium. Namun setelah dua bulan, pemberian subsidi harga pertalite menjadi 40 persen, dan dua bulan berikutnya lagi, subsidi harga pertalite yang diberikan Pertamina menjadi 20 persen. Sehingga setelah bulan keenam, harga pertalite akan menjadi normal kembali.
Subsidi selisih harga pertalite ini, jelas Muhamad Angga, sebagai bentuk edukasi dan motivasi bagi masyarakat supaya mau dan memahami tentang manfaat penggunaan BBM ramah lingkungan. Sosialisasi pun terus dilakukan Pertamina bagi masyarakat Kota Kupang untuk memberi pemahaman tentang pelaksanaan Program Langit Biru.
Dari pantauan wartawan, pelaksanaan program Langit Biru Pertamina di Kota Kupang dapat dikatakan berjalan sukses. Buktinya, tidak ada gejolak atau protes di masyarakat terkait hilangnya premium di Kota Kupang. Warga tampak menggunakan BBM jenis pertalite dan pertamax untuk kendaraan terutama sepeda motor.
Muhamad Angga juga menjelaskan, Pertamina juga membuka peluang bagi pengusaha untuk menjadi pengusaha Pertatashop. Pertashop (Pertamina Shop) adalah outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.
Tujuannya, agar masyarakat makin mudah mendapatkan akses pembelian BBM langsung ke agen Pertamina selain SPBU. “Di NTT saat ini sudah ada tiga Pertashop. Satu pertashop ada di Kelurahan Batakte, satunya di Camplong Kabupaten Kupang dan satu pertashop lagi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),” jelas Angga.
Sukses untuk Pertamina, Sukses Program Langit Biru untuk Mengurangi Polusi Udara. Ayo warga Kota Kasih (Karya, Aman, Sehat, Indah, Harmonis) Kupang, gunakan bahan bakar minyak (BBM) yang berkualitas dan ramah lingkungan..!
(* Oleh : Maximilianus Mamrho)
Comment