TEROPONGNTT, LEWOLEBA — Hari ini semua beranda media sosial orang Lembata dipenuhi dengan berbagai ucapan Ulang Tahun Otonomi Daerah yang ke – 24 Tahun. Satu pertanyaannya apa yang sudah kita lakukan sebagai putra/putri daerah untuk Lembata selama 24 Tahun ini?
Tentu jawabannya beragam, silakan direfleksikan masing-masing. Terlepas dari ada tidaknya, atau besar kecilnya sumbangsih kita ke Lembata, Saya hanya ingin mengajak semua anak tanah Lembata dan para simpatisan untuk masuk sedikit lebih jauh ke relung Budaya atau adat istiadat.
Kita orang Lembata sangat kental dengan Adat/tradisi. Negeri Sembur paus dengan mahar taring gajah adalah salah satu julukan kita. Makan tidak makan, namun apabila ada acara adat semua pasti ada dan berlimpah.
Uang untuk anak sekolah tidak ada namun apabila ada tanggungan suku uang datang dengan cepat. Setiap hajatan kecil baik di tanah Lembata maupun di perantauan semua harus di dahului dengan ceremonial adat. Tidak heran jika ada istilah Sare Dame yang berjilid-jilid.
Juga yang paling luar biasa adalah terbentuknya Kabupaten Lembata juga melewati berbagai ritual adat oleh semua tokoh adat. Dari gambaran ini, jelas terlihat bahwa Budaya, adat istiadat sangat mendominasi hidup dan kehidupan orang Lembata.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana kita membangun Lembata lewat Budaya? Pada zaman dahulu, nenek moyang orang Lembata menjalani hidup dengan sangat tradisonal. Mereka menempati sebuah wilayah dan dengan caranya masing-masing mempertahankan wilayah tersebut dari berbagai ancaman luar.
Dalam wilayah tersebut, dibuat berbagai ritual pemersatu dan saling menguatkan. Bagaimana menjalankan hidup dengan baik sesuai kaidah dan norma luhur maka dibuatlah berbagai aturan adat yang masih dikenal hingga saat ini.
Pada intinya semua dilakukan lewat sebuah ritual musyawarah mufakat. Siapa yang berkhianat atau mengingkari janji bersama akan terkena karma tujuh turunan. Ini fakta yang terjadi, bagaimana kekuatan spiritual mampu bekerja dengan baik.
Apabila Lembata ingin berubah (Hapuskan Korupsi-Membangun dengan Hati-Masyarakat Lebih Sehat dan Sejahtera) maka mari kita lakukan semua dengan tradisi budaya kita. Pertama; Mari satukan hati, samakan persepsi bentuk satu visi ke depan bahwa Lembata adalah wilayah kita bersama.
Hak “ulayat” yang harus dijaga, dibangun dengan hati. Duduk bersama para tokoh adat se-Lembata, usung putra terbaik yang duduk di Legislatif dan Eksekutif (Jika Berat Legislatif Maka Cukup Eksekutif).
Kedua; apabila telah terpilih semua komponen duduk bersama, lakukan sumpah adat agar menjalankan Amanah sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Siapa yang melanggar akan menanggung risikonya sendiri.
Harapannya semua wakil rakyat dan Bupati/Wakil Bupati terpilih nanti akan menjalankan Amanah dalam spiritual budaya. Dirgahayu Lembata…
*Penulis ; Putra Lembata – Calon DPRD Provinsi NTT Dapil 6 dari PSI (Saat ini Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UCB dan Sekretaris Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia – NTT)
Comment