TEROPONGNTT, KUPANG — Universitas Citra Bangsa (UCB) merekonstruksi kurikulum pendidikannya dari kurikulum berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi nasional Indonesia) ke kurikulum berbasis MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Rekonstruksi ke kurikulum MBKM ini dilakukan guna meraih kualifikasi yang terbaik, dan memastikan para lulusannya diterima dunia kerja di era milenial peradaban digital.
Dalam rangka rekonstruksi kurikulum ini, Universitas Citra Bangsa (UCB) menggelar kegiatan “Workshop Visi-Misi dan Kurikulum MBKM” selama 4 hari di kampus tersebut, mulai hari Rabu, 21 Juni 2023, hingga hari Sabtu 24 Juni 2023.
Kegiatan workshop yang dipusatkan di Aula Lantai 5 Gedung Rektorat UCB ini, melibatkan unsur internal kampus seperti rektorat, dosen dan tenaga pendidikan, serta perwakilan mahasiswa, juga pihak eksternal kampus seperti para mitra atau stakeholder, organisasi profesi dan alumni yang sesuai dengan keilmuan yang ada di kampus UCB.
Kepada wartawan dalam konferensi pers yang digelar bersama tim dari Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Rektor Universitas Citra Bangsa (UCB), Prof Dr. Frans Salesman, SE, M.Kes mengatakan, melalui kegiatan workshop tersebut Universitas Citra Bangsa dibantu untuk merekronstruksi kurikulum pendidikannya dari yang selama ini sudah berjalan ke kurikulum MBKM.
Supaya Universitas Citra Bangsa (UCB) diberi napas baru melalui penerapan kurikulum MBKM, selalu berkembang sesuai era peradaban digital. Karena bagi UCB, kurikulum MBKM penting bagi kebebasan belajar, yang sesuai dengan minat para mahasiswa.
“Jadi, kita selalu inovasi, tidak puas dengan apa yang ada, selalu berkembang, terutama kedepannya adalah MBKM di era peradaban digital. Kurikulum MBKM-nya nanti akan kita terapkan dalam mata kuliahnya,” kata Prof Salesman.
Menurut Prof Salesman, hingga saat ini, UCB sudah menandatangani 34 MoU (perjanjian kerjasama) dengan berbagai perguruan tinggi dan dunia usaha atau dunia industry. Yang terakhir beberapa waktu lalu, adalah kerjasama dalam rangka penyaringan tamatan profesi ners untuk dikirim bekerja di Home Care dan Rumah Sakit Panti Asuhan di Jepang.
“Mengapa mereka pilih UCB karena menurut mereka standar akademik di UCB sudah memenuhi kebutuhan mereka di Jepang. Memang kita sudah punya orang di sana, tamatan UCB beberapa angkatan yang lalu, yang sudah bekerja di Jepang, dan menurut pemantauan mereka, standar kurikulum yang ada di UCB, yakni di kesahatan, sudah memenuhi kebutuhan pasar mereka,” kata Prof Salesman.
Juga di farmasi misalnya, kata Prof Salesman, Direktur Siloam datang menemui dirinya di kampus UCB, untuk meminta mahasiswa farmasi, agar melaksanakan praktek di rumah sakit-rumah sakit Siloam yang ada di seluruh Indonesia. Magang kerja, karena menurut RS Siloam juga, standar farmasi UCB sudah memenuhi kebutuhan standar pelayanan medis RS Siloam.
“Juga para Ners dan kebidanan, pasar kerja kita adalah RS Siloam seluruh Indonesia. Jadi kurikulum MBKM yang kita bahas dalam workshop, adalah nafas baru itu. Ibu Dewi dan tim, datang bawa suntikan baru, tambah injeksi baru pada kurikulum kita,” kata Prof Salesman.
Dikatakan Prof Salesman, UCB selalu berinovasi, tidak puas dengan apa yang ada, dan selalu berkembang, terutama terkait penerapan kurikulum MBKM kedepan, yakni MBKM di era peradaban digital.
“Kalau adek-adek wartawan bisa ikuti kita sampai di kurikulumnya nanti, akan terlihat bahwa setiap mata kuliah IoT-nya. Di Kesehatan ada IoT (Internet of Things). Sekarang telemedis bagian dari IoT, terus ada multikultural karena kampus ini juga menerima mahasiswa dari negara Timor Leste. jadi perlu merdeka belajar, wawasan inter koneksi antar budaya dari setiap negara,” kata Prof Salesman.
“Di kampus ini, juga ada mahasiswa dari Papua, dari Marauke, dari Timika. Katanya, merka suka belajar di UCB. Ya, tidak apa-apa. Yang pasti, kita tidak main-main dengan mutu. Karena mutu adalah asuransi kami kepada public. Memang sedikit ketat kuliah di sini. Orang bilang masuk UCB itu masuknya gampang keluarnya susah. Ya susah karena memang seperti itu. Karena kami punya standar,” lanjut Prof Salesman.
Karena itu, kata Prof Salesman, kurikulum MBKM adalah nafas baru yang disuntikan melalui kegiatan workshop tersebut, untuk penyempurnaan kurikulum, terutama pada perjalanan lulusan UCB ke era milenial, di peradaban digital
Ketua Yayasan Citra Bina Insan Mandiri Kupang, Ir. Benny R Ndoenboey, M.Si, pada kesempatan ini mengatakan, Yayasan sebagai badan penyelenggara dari pendidikan tinggi Universitas Citra Bangsa (UCB), bertugas mensuport pelaksanaan perkuliahan, terutama dari hal-hal yang non akademik. Sedangkan untuk yang bersifat akademik, menjadi keweangan universitas, kewenangan rektor untuk mengatur.
“Tugas yayasan, hanya mensuport. Sehingga universitas bisa berjalan dengan baik, berjalan dengan lancar. Berkaitan dengan sarana-prasarana, berkaitan dengan pembiayaan, berkaitan dengan SDM dan berkaitan dengan hal-hal umum yang lain, agar pendidkan tinggi ini berjalan dengan aman, lancar dan memenuhi standar, memenuhi kualifikasi nasional, maupun standar-standar pendidkan tinggi yang baik,” kata Ndoenboey.
Menurut Ndoenboey, MBKM sudah 2-3 tahun berjalan tetapi penguatan-penguatan untuk itu harus terus berjalan, supaya mendapatkan pemahaman-pemahaman baru, pembelajaran baru dari pihak Dirjen Penddikan Tinggi.
“Hari ini pada agenda workshop kita, tim dari Direjen Pendidikan Tinggi, datang untuk memberi penguatan-penguatan, seperti dikatakan pak Rector, yakni memberi suntikan baru. Kita senang sekali dan beruntung sekali, karena kita mendapatkan penguatan-penguatan, bukan cuma Yayasan, tapi terutama untuk Universitas,” kata Ndoenboey.
Bahkan, kata Ndoenboey, di Kota Kupang dan Provinsi NTT, Universitas Citra Bangsa (UCB) adalah universitas pertama sudah melangkah ke kurikulum MBKM, serta sudah tandatangan 30-an MoU. Sebuah universitas muda yang berkembang dengan cepat, serta akreditasi baik sekali.
Sementara Koordinator Pembelajaran Belmawa Diktiristek Kemenristekdikti, Dewi Wulandari, S.Si mengatakan, transformasi pendidikan penting untuk menghasilkan lulusan terbaik yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan masanya yang memang semakin cepat.
“Seperti dikatakan pak Rektor, kita sudah memasuki era 4.0 atau 5.0. Sehingga mahasiswa tidak sekedar lulusan, tetapi harus memiliki kompetensi tambahan, yang juga bukan cuma bisa mengisi lapangan kerja, tetapi juga bagaimana bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,” kata Dewi.
Dunia pendidikan, kata Dewi, juga diharapkan bisa sinergi dengan dunia usaha atau industri, agar lulusan universitas bisa sesuai dengan kebutuhan di masanya sekarang ini. Karena itulah, direktorat bidang kemahasiswaan Dirjendikti membantu seluruh perguruan tinggi melalui prodi-prodi, untuk melakukan penyesuaian kurikulum.
“Kami dari direktorat bidang kemahasiswaan di sini, menjadi tugas kami untuk menyukseskan kebijakan kementerian terkait dengan kampus merdeka atau merdeka belajar. Membantu seluruh perguruan tinggi melalui prodi-prodi, agar mampu menyesuaikan kurikulumnya yang sedang berjalan dengan merubah sedikit kurikulum itu atau mereduksi kurikulumnya supaya dapat mengimplementasikan merdeka belajar kampus merdeka,” kata Dewi.
Supaya transformasi pendidkan tinggi, kata Dewi, bisa ditransfer ke mahasiswa, dan mahasiswa menjadi punya kompetensi tambahan sesuai dengan passion-nya masing-masing, sehingga bisa memenuhikebutuhan dunia kerja atau dunia usaha.
Sementara Ketua Panitia Kegiatan Workshop Visi-Misi dan Kurikulum MBKM Universitas Citra Bangsa (UCB), Aysanti Yuliana Paulus, S. KM,. M. Kes (Epid), secara terpisah mengatakan, dasar dari pelaksanaan kegiatan workshop ini karena UCB memandang penting kebijakan pemerintah bahwa setiap kampus harus menyelenggarakan kurikulim MBKM. Karena itu, UCB harus merekonstruksi atau menyesuaikan dengan kurukulium yang ditetapkan pemerintah
Kegiatan workshop ini, kata Aysanti, diisi dengan penyampaian materi, penyusunan kurikulum, serta Focus Group Disscussion (FGD) untuk mendapatkan masukan sebagai penyempuraan dalam penyusunan kurikulum MBKM.
(max)
Comment